KANDAHAR (Arrahmah.com) - Serangan udara terbaru yang dilancarkan tentara salibis AS kembali memakan korban jiwa dari kalangan sipil Afghan, sedikitnya 20 orang tewas dan beberapa terluka di provinsi Kandahar dimana salibis meluncurkan operasi besar melawan Mujahidin Imarah Islam Afghanistan.
Militer aliansi mengatakan serangan dilakukan di sebuah distrik di Kandahar yang berbatasan dengan Pakistan.
NATO mengeluarkan statemen yang mengklaim bahwa serangan yang dilakukan pada Jumat (29/10/10) menargetkan "militan" Taliban di distrik Spin Boldak yang diyakini sebagai tonggak kekuatan Taliban.
Pejabat Afghan mengulangi "pernyataan" mereka yang mendesak AS untuk menghentikan serangan udara (bombardir) yang hanya menyebabkan kecelakaan di kalangan sipil. Namun AS dan NATO tetap menyatakan bahwa mereka menargetkan Taliban.
Tentara salibis AS di Afghanistan berulangkali melakukan serangan udara dalam operasi besar mereka di Kandahar. Dan serangan ini hanya menghasilkan kerusakan parah di wilayah tersebut bahkan menghancurkan properti milik sipil, seperti rumah dan peternakan yang menjadi satu-satunya mata pencaharian warga lokal. Selain harta, nyawa sipil juga melayang dalam setiap bombardir yang dilakukan salibis.
Saksi mata mengatakan kepada Press TV bahwa tentara NATO menjatuhkan banyak bom ke desa yang mereka pikir mejadi tempat persembunyian Mujahidin yang akhirnya menyebabkan kerusakan parah.
Militer aliansi Barat mengatakan mereka menggunakan bom jenis baru selama operasi Kandahar dengan tujuan menekan Mujahidin Imarah Islam Afghanistan agar mundur ke daerah pegunungan. (haninmazaya/arrahmah.com)
Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/9708/lagi-serangan-udara-salibis-as-bunuh-20-sipil-afghan#ixzz140fmQHKm
Sunday, October 31, 2010
Sepakat Dengan AS, Rusia “Kembali” ke Afghanistan
KABUL (Arrahmah.com) - Musuh bebuyutan perang dingin, AS dan Rusia, kini bekerjasama dalam upaya saling mengejar kepentingan mereka sendiri dalam perang di Afghanistan.
Laporan yang dipublikasikan oleh harian Telegraph Inggris datang setelah pasukan Rusia dan AS menyerang pabrik heroin dan opium di provinsi Nangarhan yang berdekatan dengan perbatasan Pakistan.
Mereka dilaporkan menghancurkan obat-obatan senilan 250 juta USD. Kepala nati-narkotika Rusia mengatakan unitnya bekerjasama dengan AS untuk mengatur serangan, dan Presiden boneka Afghanistan Hamid Karzai mengkritik serangan ini karena ia tidak diikutsertakan dalam operasi ini. Rusia dan AS melancarkan serangan di Afghanistan tanpa memberikan informasi resmi kepada Hamid Karzai.
Dalam serangan ini, Rusia mencoba memperlihatkan bahwa benar adanya peningkatan pasokan obat-obatan ke Rusia yang berasal dari Asia Tengah.
Tidak jelas kapan dan berapa banyak tentara Rusia telah dikerahkan. Namun para pengamat mengatakan kemungkinan jumlahnya ratusan.
Pernyataan dari Karzai yang dikeluarkan pada Sabtu (30/10/10) bahwa tidak ada organisasi atau institusi yang memiliki hak untuk melakukan operasi militer di wilayah Afghanistan tanpa izin pemerintah.
"Afghanistan mengutuk tindakan ini dan mengumumkan bahwa operasi sepihak tersebut jelas pelanggaran terhadap kedaulatan Afghanistan serta hukum internasional," uajr statemennya. Sepertinya Karzai lupa bahwa selama ini AS telah menginjak-injak kedaulatan Afghanistan dengan melakukan berbagai operasi militer rahasia yang menewaskan ribuan sipil Afghan.
Keterlibatan militer Rusia di Afghanistan memiliki sejarah panjang. Ui Soviet pernah menyerbu negeri ini pada tahun 1979 dan di tahun 1989 mereka ditendang keluar oleh pasukan Mujahidin dan kembali ke negaranya dengan kerugian besar.
Sejauh ini Moskow mengatakan tidak akan mengirimkan tentara ke Afghanistan, ia hanya membantu AS sebatas menyediakan wilayah untuk transit tentara AS. Tapi serangan beberapa hari lalu membuktikan bahwa Rusia masih berminat untuk bergabung dalam perang Afghanistan.
Afghanistan menyumbang lebih dari 90 persen produksi opium ilegal dunia dan heroin. Beberapa laporan mengatakan bahwa tentara AS dan Inggris melindungi produksi opium di Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.com)
Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/9731/sepakat-dengan-as-rusia-kembali-ke-afghanistan#ixzz140ZIEEt7
Laporan yang dipublikasikan oleh harian Telegraph Inggris datang setelah pasukan Rusia dan AS menyerang pabrik heroin dan opium di provinsi Nangarhan yang berdekatan dengan perbatasan Pakistan.
Mereka dilaporkan menghancurkan obat-obatan senilan 250 juta USD. Kepala nati-narkotika Rusia mengatakan unitnya bekerjasama dengan AS untuk mengatur serangan, dan Presiden boneka Afghanistan Hamid Karzai mengkritik serangan ini karena ia tidak diikutsertakan dalam operasi ini. Rusia dan AS melancarkan serangan di Afghanistan tanpa memberikan informasi resmi kepada Hamid Karzai.
Dalam serangan ini, Rusia mencoba memperlihatkan bahwa benar adanya peningkatan pasokan obat-obatan ke Rusia yang berasal dari Asia Tengah.
Tidak jelas kapan dan berapa banyak tentara Rusia telah dikerahkan. Namun para pengamat mengatakan kemungkinan jumlahnya ratusan.
Pernyataan dari Karzai yang dikeluarkan pada Sabtu (30/10/10) bahwa tidak ada organisasi atau institusi yang memiliki hak untuk melakukan operasi militer di wilayah Afghanistan tanpa izin pemerintah.
"Afghanistan mengutuk tindakan ini dan mengumumkan bahwa operasi sepihak tersebut jelas pelanggaran terhadap kedaulatan Afghanistan serta hukum internasional," uajr statemennya. Sepertinya Karzai lupa bahwa selama ini AS telah menginjak-injak kedaulatan Afghanistan dengan melakukan berbagai operasi militer rahasia yang menewaskan ribuan sipil Afghan.
Keterlibatan militer Rusia di Afghanistan memiliki sejarah panjang. Ui Soviet pernah menyerbu negeri ini pada tahun 1979 dan di tahun 1989 mereka ditendang keluar oleh pasukan Mujahidin dan kembali ke negaranya dengan kerugian besar.
Sejauh ini Moskow mengatakan tidak akan mengirimkan tentara ke Afghanistan, ia hanya membantu AS sebatas menyediakan wilayah untuk transit tentara AS. Tapi serangan beberapa hari lalu membuktikan bahwa Rusia masih berminat untuk bergabung dalam perang Afghanistan.
Afghanistan menyumbang lebih dari 90 persen produksi opium ilegal dunia dan heroin. Beberapa laporan mengatakan bahwa tentara AS dan Inggris melindungi produksi opium di Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.com)
Source: http://arrahmah.com/index.php/news/read/9731/sepakat-dengan-as-rusia-kembali-ke-afghanistan#ixzz140ZIEEt7
Wangi Syuhada Di Tanah Jihad Afghanistan
Beberapa waktu lalu, seorang pemuda berusia 16 tahun lari dari rumahnya untuk memimpin peperangan di Afghanistan. Orangtuanya berharap ia dapat kembali menemui keluarganya ketika ia sedikit dewasa dan tangguh, namun ia sangat keras kepala dan menolak untuk kembali.
Mujahidin telah berbicara kepada orang tua pemuda itu dan memberitahunya bahwa ayah dan ibunya berharap ia kembali ke rumah. Namun pemuda itu kemudian berkata jika siapapun di antara Mujahidin bisa menjamin bahwa Allah akan mengampuni semua kesalahannya dan memasukkannya ke surga di hari akhir nanti, maka ia akan kembali.
Tentu saja semuanya terdiam. Waktu perlahan berlalu dan setelah beberapa bukan dalam Pelatihan Jihad, ia terpilih untuk melaksanakan sebuah misi. Mujahidin berhasil menciptakan kerusakan yang luar biasa bagi pihak musuh dalam misi ini, meskipun Mujahidin dihadang oleh para munafikin dan sekutunya, dan pertarungan tidak sesuai rencana. Setelah pertarungan dengan para munafikin selesai, hanya pemuda itu yang syahid. Mujahidin harus mengembalikan jenazah pemuda itu.
Panglima provinsi merasa sedih atas syahidnya pemuda ini, bukan karena pengorbanan/kesyahidannya tapi karena memikirkan apa yang akan ia katakan terhadap orang tuanya.
Jenazahnya terbujur di atas rumput selama dua hari, darahnya masih segar dan tidak ada tanda-tanda bahwa jenazah itu akan membusuk.Hari ketiga, mereka menyediakan van untuk mengangkut jenazah pemuda itu dan menyerahkannya kepada orangtuanya dan mereka memutuskan untuk memberitahukan kedatangan mereka menuju desa.
Perjalanan menghabiskan waktu satu hingga dua hari, untuk itu hingga kedatangan mereka ke rumah pemuda yang syahid itu, diperlukan waktu lima hari dan tidak ada bau busuk maupun darah mengering sama sekali.
Mereka membawa jenazah pemuda itu keluar dari van dan menempatkannya di halaman rumahnya. Warga mulai berdatangan dan bertanya-bertanya, dan Mujahidin berusaha keras untuk menjelaskan dan menguatkannya dengan ayat al Quran dan Hadist, meskipun tak seorangpun mau mendengarkan mereka.
Tiba-tiba saja mujahidin diminta meninggalkan halaman karena ibu pemuda itu ingin menyaksikan jenazah anaknya dengan mata kepalanya sendiri. Untuk itu, mereka pergi dan menunggu di depan gerbang, tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya kecuali berdoa kepada Allah dalam hati.
Salah seorang mujahidin mendengar tangisan dari perempuan itu. Ibu pemuda itu duduk di samping jenazah, kepalanya bersandar di dada jenazah anaknya sembari menangis. Kemudian, cerita mulai berubah, semua orang diam dan Mujahidin meneriakkan takbir, "Allaahu Akbar!"
Sang ibu menegakkan kepalanya dan melihat ke arah perempuan-perempuan yang duduk di sekeliling pemuda syahid itu dan berkata:
"Kalian semua menangis karena kalian kehilangan
keponakan atau anak asuh kalian...Aku menangis karena aku telah kehilangan tiket ke surga. Anakku yang syahid ini, ingin pergi berperang dan aku tidak mengizinkannya, hingga aku selalu menghubungi dan memintanya kembali. Tapi anak ini lebih memilih untuk membuat Tuhannya bahagia dan sekarang aku tak lagi memiliki saham dalam perjuangan dan kematiannya,
dimana anakku yang lain? Bawalah ia padaku!"
Kemudian perempuan itu pergi dan mendatangi anak lainnya yang masih berusia 11 tahun. Kemudian ibu dan anak itu berjalan menuju ke gerbang tempat para Mujahidin menunggu, dan berkata:
"Kalian, orang-orang yang telah membawa anakku yang syahid. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kalian dan semoga Allah menjaga kalian dalam jalan jihad ini. Anakku yang sekarang syahid pergi tanpa izin dariku dan ia meraih kesyahidan dan aku tidak mendapatkan satupun kebaikan darinya. Sejak saat ini, melalui anakku yang lain, satu-satunya anakku yang bersisa. Ia masih berusia 11 tahun, untuk itu aku memohon kepada kalian, wahai para pemberani, tanganilah ia. Dan jika saatnya para pemimpin kalian syahid, bawalah anak ini ke garis terdepan dan biarkan ia tercabik-cabik oleh roket hingga aku bisa mengatakan pada Allah swt di hari kiamat nanti bahwa aku telah menyerahkan salah seorang anakku hanya untuk Allah dan Islam."
Mendengar berita ini, Mujahidin langsung menggemakan takbir dan tiba-tia dari setiap rumah, bapak-bapak dan ibu-ibu membawa anaknya untuk menyerahkannya di jalan Allah swt, meskipun Mujahidin telah menolak mereka karena mereka tidak memiliki cukup ruang dan yang kedua hal ini akan membuat organisasi itu terbongkar.
Dari sebuah rumah, seorang ibu menyerahkan anaknya yang masih kecil berusia lima tahun dengan pesan yang terdengar seperti ini:
"Gunakanlah anakku yang lima tahun ini, ikatlah badannya dengan bom, dan biarkan dia ada di jalanan, ketika orang-orang Amerika bertemu dengannya, melihat dan mendekatinya, ia akan meledak dan membunuh banyak musuh-musuh itu!"
Semoga Allah memberkahi kita dengan putra dan putri yang banyak, insya Allaah, amiin, kemudian mereka datang ke medan peperangan, ambil bagian dan bergembira karena membunuh dan mengancam musuh-musuh Allah swt! (Althaf/arrahmah/tum/jhdmgz)
Mujahidin telah berbicara kepada orang tua pemuda itu dan memberitahunya bahwa ayah dan ibunya berharap ia kembali ke rumah. Namun pemuda itu kemudian berkata jika siapapun di antara Mujahidin bisa menjamin bahwa Allah akan mengampuni semua kesalahannya dan memasukkannya ke surga di hari akhir nanti, maka ia akan kembali.
Tentu saja semuanya terdiam. Waktu perlahan berlalu dan setelah beberapa bukan dalam Pelatihan Jihad, ia terpilih untuk melaksanakan sebuah misi. Mujahidin berhasil menciptakan kerusakan yang luar biasa bagi pihak musuh dalam misi ini, meskipun Mujahidin dihadang oleh para munafikin dan sekutunya, dan pertarungan tidak sesuai rencana. Setelah pertarungan dengan para munafikin selesai, hanya pemuda itu yang syahid. Mujahidin harus mengembalikan jenazah pemuda itu.
Panglima provinsi merasa sedih atas syahidnya pemuda ini, bukan karena pengorbanan/kesyahidannya tapi karena memikirkan apa yang akan ia katakan terhadap orang tuanya.
Jenazahnya terbujur di atas rumput selama dua hari, darahnya masih segar dan tidak ada tanda-tanda bahwa jenazah itu akan membusuk.Hari ketiga, mereka menyediakan van untuk mengangkut jenazah pemuda itu dan menyerahkannya kepada orangtuanya dan mereka memutuskan untuk memberitahukan kedatangan mereka menuju desa.
Perjalanan menghabiskan waktu satu hingga dua hari, untuk itu hingga kedatangan mereka ke rumah pemuda yang syahid itu, diperlukan waktu lima hari dan tidak ada bau busuk maupun darah mengering sama sekali.
Mereka membawa jenazah pemuda itu keluar dari van dan menempatkannya di halaman rumahnya. Warga mulai berdatangan dan bertanya-bertanya, dan Mujahidin berusaha keras untuk menjelaskan dan menguatkannya dengan ayat al Quran dan Hadist, meskipun tak seorangpun mau mendengarkan mereka.
Tiba-tiba saja mujahidin diminta meninggalkan halaman karena ibu pemuda itu ingin menyaksikan jenazah anaknya dengan mata kepalanya sendiri. Untuk itu, mereka pergi dan menunggu di depan gerbang, tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya kecuali berdoa kepada Allah dalam hati.
Salah seorang mujahidin mendengar tangisan dari perempuan itu. Ibu pemuda itu duduk di samping jenazah, kepalanya bersandar di dada jenazah anaknya sembari menangis. Kemudian, cerita mulai berubah, semua orang diam dan Mujahidin meneriakkan takbir, "Allaahu Akbar!"
Sang ibu menegakkan kepalanya dan melihat ke arah perempuan-perempuan yang duduk di sekeliling pemuda syahid itu dan berkata:
"Kalian semua menangis karena kalian kehilangan
keponakan atau anak asuh kalian...Aku menangis karena aku telah kehilangan tiket ke surga. Anakku yang syahid ini, ingin pergi berperang dan aku tidak mengizinkannya, hingga aku selalu menghubungi dan memintanya kembali. Tapi anak ini lebih memilih untuk membuat Tuhannya bahagia dan sekarang aku tak lagi memiliki saham dalam perjuangan dan kematiannya,
dimana anakku yang lain? Bawalah ia padaku!"
Kemudian perempuan itu pergi dan mendatangi anak lainnya yang masih berusia 11 tahun. Kemudian ibu dan anak itu berjalan menuju ke gerbang tempat para Mujahidin menunggu, dan berkata:
"Kalian, orang-orang yang telah membawa anakku yang syahid. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kalian dan semoga Allah menjaga kalian dalam jalan jihad ini. Anakku yang sekarang syahid pergi tanpa izin dariku dan ia meraih kesyahidan dan aku tidak mendapatkan satupun kebaikan darinya. Sejak saat ini, melalui anakku yang lain, satu-satunya anakku yang bersisa. Ia masih berusia 11 tahun, untuk itu aku memohon kepada kalian, wahai para pemberani, tanganilah ia. Dan jika saatnya para pemimpin kalian syahid, bawalah anak ini ke garis terdepan dan biarkan ia tercabik-cabik oleh roket hingga aku bisa mengatakan pada Allah swt di hari kiamat nanti bahwa aku telah menyerahkan salah seorang anakku hanya untuk Allah dan Islam."
Mendengar berita ini, Mujahidin langsung menggemakan takbir dan tiba-tia dari setiap rumah, bapak-bapak dan ibu-ibu membawa anaknya untuk menyerahkannya di jalan Allah swt, meskipun Mujahidin telah menolak mereka karena mereka tidak memiliki cukup ruang dan yang kedua hal ini akan membuat organisasi itu terbongkar.
Dari sebuah rumah, seorang ibu menyerahkan anaknya yang masih kecil berusia lima tahun dengan pesan yang terdengar seperti ini:
"Gunakanlah anakku yang lima tahun ini, ikatlah badannya dengan bom, dan biarkan dia ada di jalanan, ketika orang-orang Amerika bertemu dengannya, melihat dan mendekatinya, ia akan meledak dan membunuh banyak musuh-musuh itu!"
Semoga Allah memberkahi kita dengan putra dan putri yang banyak, insya Allaah, amiin, kemudian mereka datang ke medan peperangan, ambil bagian dan bergembira karena membunuh dan mengancam musuh-musuh Allah swt! (Althaf/arrahmah/tum/jhdmgz)
Australia vs England live Rugby League Friendly – 4 Nations
australia england rugby, australia vs england 4 nation friendly match, australia vs england highlights, australia vs england live, australia vs england live online match, australia vs england on 31 oct 2010, australia vs england on 31 oct 2010 live, australia vs england preview 31 oct 2010, england vs australia full match, england vs australia highlights free, england vs australia live, england vs australia on internet tv, england vs australia on network, england vs australia on onlint tv, england vs australia on tv, england vs australia rugby clips, european union, fox network england vs australia rugby, free internet tv australia vs england, hd, hd4, highlights, hqd, international rugby events, justin tv, kick off, live, live australia vs england streaming, live australia vs england streams, live england vs australia streams, live streams, live streams australia vs england, preview, see, see australia vs england on tv, sky sports, streams, watch, watch australia vs england on online tv, where can i watch england vs australia, without extra hardware england vs australia live view
Azab Dan Nikmat Kubur Dalam al-Quran dan al-Hadis
Manusia Di Alam Barzakh
Manusia terdiri daripada jasad dan roh sekalipun dengan hubungan antara keduanya yang bersifat sangat relatif (nisbi). Terdapat lima bentuk hubungan antara roh dan jasad, iaitu:
Hubungan antara roh dan jasad di dalam rahim ibu (janin).
Hubungan keduanya di muka bumi setelah dilahirkan.
Hubungan antara keduanya ketika tidur.
Hubungan antara keduanya ketika di alam barzakh.
Hubungan antara keduanya ketika dibangkitkan dari alam barzakh.
Walaupun roh berpisah setelah kematian namun perpisahan antara keduanya bukanlah perpisahan yang mutlak (firaq kulliy). Sungguh banyak dalil yang menjelaskan bahawa roh dikembalikan kepada jasad di dalam kubur ketika disoal oleh malaikat Munkar dan Nakir. Roh juga dikembalikan ketika menjawab salam orang yang menziarahi kubur. Pengembalian roh ini adalah pengembalian khas dan tidak semestinya pengembalian yang dapat menghidupkan jasad melainkan pada hari kebangkitan.
Sehubungan dengan hakikat ini Allah Subhanahu wa Ta‘ala telah menjadikan untuk manusia tiga peringkat kehidupan, iaitu:
Kehidupan Dunia.
Kehidupan Barzakh.
Kehidupan Qarar.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala telah menjadikan bagi tiap-tiap kehidupan tersebut khas dengan hukum-hakamnya yang tersendiri berbeza dengan kehidupan yang lain. Manusia dijadikannya memiliki jasad dan roh.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala menetapkan hukum-hakam di dunia berdasarkan jasad kasar manusia sedangkan roh hanya mengikutinya. Oleh sebab itu Allah menjadikan hukum-hakam syari‘at didasarkan kepada ucapan lisan dan amalan anggota sekalipun rohaninya bercanggah dengan apa yang diucap atau yang diamalkan.
Adapun hukum-hakam Barzakh, Allah Subhanahu wa Ta‘ala menetapkannya berdasarkan roh sedangkan jasad kasarnya hanya mengikutinya. Ini berbeza dengan kehidupan di dunia sebagaimana yang telah diterangkan di atas. Oleh itu di alam Barzakh badan akan turut merasakan kepedihan azab jika rohnya disiksa sebagaimana badan akan turut merasakan nikmat jika roh mendapat nikmat. Ini kerana jasad adalah penyebab untuk mendapat nikmat atau sebaliknya siksaan.
Adapun pada Hari Kiamat ketika jasad dibangkitkan dari alam Barzakh untuk menghadap Allah, maka berhimpunlah jasad dan roh secara hakiki untuk menerima nikmat ataupun siksaan. Di alam akhirat inilah pertautan jasad dan roh menjadi yang paling sempurna. Ia melebihi pertautannya di alam yang lain kerana pertautan kali ini tidak akan dicemari oleh kematian, tidur, kerosakan dan sebagainya.
Manusia terdiri daripada jasad dan roh sekalipun dengan hubungan antara keduanya yang bersifat sangat relatif (nisbi). Terdapat lima bentuk hubungan antara roh dan jasad, iaitu:
Hubungan antara roh dan jasad di dalam rahim ibu (janin).
Hubungan keduanya di muka bumi setelah dilahirkan.
Hubungan antara keduanya ketika tidur.
Hubungan antara keduanya ketika di alam barzakh.
Hubungan antara keduanya ketika dibangkitkan dari alam barzakh.
Walaupun roh berpisah setelah kematian namun perpisahan antara keduanya bukanlah perpisahan yang mutlak (firaq kulliy). Sungguh banyak dalil yang menjelaskan bahawa roh dikembalikan kepada jasad di dalam kubur ketika disoal oleh malaikat Munkar dan Nakir. Roh juga dikembalikan ketika menjawab salam orang yang menziarahi kubur. Pengembalian roh ini adalah pengembalian khas dan tidak semestinya pengembalian yang dapat menghidupkan jasad melainkan pada hari kebangkitan.
Sehubungan dengan hakikat ini Allah Subhanahu wa Ta‘ala telah menjadikan untuk manusia tiga peringkat kehidupan, iaitu:
Kehidupan Dunia.
Kehidupan Barzakh.
Kehidupan Qarar.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala telah menjadikan bagi tiap-tiap kehidupan tersebut khas dengan hukum-hakamnya yang tersendiri berbeza dengan kehidupan yang lain. Manusia dijadikannya memiliki jasad dan roh.
Allah Subhanahu wa Ta‘ala menetapkan hukum-hakam di dunia berdasarkan jasad kasar manusia sedangkan roh hanya mengikutinya. Oleh sebab itu Allah menjadikan hukum-hakam syari‘at didasarkan kepada ucapan lisan dan amalan anggota sekalipun rohaninya bercanggah dengan apa yang diucap atau yang diamalkan.
Adapun hukum-hakam Barzakh, Allah Subhanahu wa Ta‘ala menetapkannya berdasarkan roh sedangkan jasad kasarnya hanya mengikutinya. Ini berbeza dengan kehidupan di dunia sebagaimana yang telah diterangkan di atas. Oleh itu di alam Barzakh badan akan turut merasakan kepedihan azab jika rohnya disiksa sebagaimana badan akan turut merasakan nikmat jika roh mendapat nikmat. Ini kerana jasad adalah penyebab untuk mendapat nikmat atau sebaliknya siksaan.
Adapun pada Hari Kiamat ketika jasad dibangkitkan dari alam Barzakh untuk menghadap Allah, maka berhimpunlah jasad dan roh secara hakiki untuk menerima nikmat ataupun siksaan. Di alam akhirat inilah pertautan jasad dan roh menjadi yang paling sempurna. Ia melebihi pertautannya di alam yang lain kerana pertautan kali ini tidak akan dicemari oleh kematian, tidur, kerosakan dan sebagainya.
Hindari Memahami Ayat-ayat Mutsyabihat Dalam Makna Zahirnya (Mewaspadai Ajaran Sesat Wahabi)
Untuk memahami tema ini sebagaimana mestinya, harus diketahui terlebih dahulu bahwa di dalam al Qur'an terdapat ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat. Allah ta'ala berfirman :
] هُوَ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَـأَمَّا الَّذِيْنَ فِي قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِـغَاءَ الْفِـتْنَةِ وَابْتِـغَاءَ تَأْوِيْلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوْا اْلأَلْبَابِ [ (ءال عمران : 7)
Maknanya : "Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada Muhammad. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah Umm Al Qur'an (yang dikembalikan dan disesuaikan pemaknaan ayat-ayat al Qur'an dengannya) dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya sesuai dengan hawa nafsunya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (seperti saat tibanya kiamat) melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan : "kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang-orang yang berakal" (Q.S. Al Imran : 7)
I. Definisi Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Al Muhkam: المتضح المعنى ; yang jelas maknanya.
al Mutasyabih: ما ليس بمتضح المعنى; yang tidak jelas maknanya.[1]
Jadi Ayat-ayat Muhkamat : ayat yang dari sisi kebahasaan memiliki satu makna saja dan tidak memungkinkan untuk ditakwil ke makna lain. Atau ayat yang diketahui dengan jelas makna dan maksudnya. Seperti firman Allah :
﴿ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ﴾ (سورة الشورى: ۱۱)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
﴿ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴾ (سورة الإخلاص :4)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak ada satupun yang menyekutui-Nya”. (Q.S. al Ikhlash : 4)
﴿ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا ﴾ (سورة مريم :65)
Maknanya: “Allah tidak ada serupa bagi-Nya”. (Q.S. Maryam : 65)
Ayat-ayat Mutasyabihat : ayat yang belum jelas maknanya. Atau yang memiliki banyak kemungkinan makna dan pemahaman sehingga perlu direnungkan agar diperoleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-ayat muhkamat. Seperti firman Allah :
﴿ الرّحْمٰنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى ﴾ (سورة طه :5)
Penafsiran terhadap ayat-ayat mutasyabihat harus dikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat. Ini jika memang berkait dengan ayat-ayat mutasyabihat yang mungkin diketahui oleh para ulama. Sedangkan mutasyabih (hal yang tidak diketahui oleh kita) yang dimaksud dalam ayat
﴿ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ ﴾ (سورة ءال عمران : 7)
Menurut bacaan waqaf pada lafazh al Jalalah الله adalah seperti saat kiamat tiba, waktu pasti munculnya Dajjal, dan bukan mutasyabih yang seperti ayat tentang istiwa') Q.S. Thaha : 5). Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" اعْمَلُوْا بِمُحْكَمِهِ وَءَامِنُوْا بِمُتَشَابِهِهِ" (حديث ضعيف ضعفا خفيفا)
Maknanya: “Amalkanlah ayat-ayat muhkamat yang ada dalam Al Qur'an dan berimanlah terhadap yang mutasyabihat dalam Al Qur'an". Artinya jangan mengingkari adanya ayat-ayat mutasyabihat ini melainkan percayai adanya dan kembalikan maknanya kepada ayat-ayat yang muhkamat. Hadits ini dla'if dengan kedla'ifan yang ringan.
Az-Zabidi mengatakan menukil dari al Qusyairi : "Bukankah ada pendapat yang mengatakan bahwa bacaan ayat (tentang takwil) tersebut adalah [ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ ], seakan Allah menyatakan "orang yang mendalam ilmunya juga mengetahui takwilnya serta beriman kepadanya" karena beriman kepada sesuatu itu hanya dapat terwujud setelah mengetahui sesuatu itu, sedang sesuatu yang tidak diketahui tidak akan mungkin seseorang beriman kepadanya. Karenanya, Ibnu Abbas mengatakan : "Saya termasuk orang-orang yang mendalam ilmunya".
II. Metode Memaknai Ayat Mutasyabihat
Ada dua metode untuk memaknai ayat-ayat mutasyabihat yang keduanya sama-sama benar :
Pertama : Metode Salaf. Mereka adalah orng-orang yang hidup pada tiga abad hijriyah pertama. Yakni kebanyakan dari mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara global (takwil ijmali), yaitu dengan mengimaninya serta meyakini bahwa maknanya bukanlah sifat-sifat jism (sesuatu yang memiliki ukuran dan dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kemahasucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. Mereka mengembalikan makna ayat-ayat mutasyabihat tersebut kepada ayat-ayat muhkamat seperti firman Allah :
﴿ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ﴾ (سورة الشورى: ۱۱)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
Takwil ijmali ini adalah seperti yang dikatakan oleh imam asy-Syafi'i –semoga Allah meridlainya- :
" ءَامَنْتُ بِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ عَلَى مُرَادِ اللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ r عَلَى مُرَادِ رَسُوْلِ اللهِ "
"Aku beriman dengan segala yang berasal dari Allah sesuai apa yang dimaksudkan Allah dan beriman dengan segala yang berasal dari Rasulullah r sesuai dengan maksud Rasulullah", yakni bukan sesuai dengan yang terbayangkan oleh prasangka dan benak manusia yang merupakan sifat-sifat benda (makhluk) yang tentunya mustahil bagi Allah.
Selanjutnya, penafian bahwa ulama salaf mentakwil secara terperinci (takwil tafshili) seperti yang diduga oleh sebagian orang tidaklah benar. Terbukti bahwa dalam Shahih al Bukhari, kitab tafsir al Qur'an tertulis :
" سُوْرَةُ الْقَصَصِ ، كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ ، إِلاَّ مُلْكَهُ وَيُقَالَ مَا يُتَقَرَّبُ بِهِ إِلَيْهِ " اهـ.
"Surat al Qashash, كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (Q.S. al Qashash : 88) yakni kecuali kekuasaan dan pengaturan-Nya terhadap makhluk-Nya
atau amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada-Nya". Kekuasaan Allah adalah sifat Allah yang azali (tidak memiliki permulaan) , tidak seperti kekuasaan yang Ia berikan kepada makhluk-Nya. Dalam Shahih al Bukhari juga masih terdapat takwil semacam ini di bagian yang lain seperti dlahik yang terdapat dalam hadits ditakwilkan dengan rahmat-Nya yang khusus (ar-Rahmah al Khashshah).
Terbukti dengan sahih pula bahwa imam Ahmad yang juga termasuk ulama salaf mentakwil firman Allah : [ رَبُّكَ ﴿ وَجَاءَ secara tafshili (terperinci), ia mengatakan : yakni datang kekuasan-Nya (tanda-tanda kekuasaan-Nya) ". Sanad perkataan imam Ahmad ini disahihkan oleh al Hafizh al Bayhaqi, seorang ahli hadits yang menurut al Hafizh Shalahuddin al 'Ala-i : "Setelah al Bayhaqi dan ad-Daraquthni, belum ada ahli hadits yang menyamai kapasitas keduanya atau mendekati kapasitas keduanya ". Komentar al Bayhaqi terhadap sanad tersebut ada dalam kitabnya Manaqib Ahmad. Sedang komentar al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i mengenai al Bayhaqi dan ad-Daraquthni terdapat dalam bukunya al Wasyyu al Mu'lam. Al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i sendiri menurut al Hafizh Ibnu Hajar : "Dia adalah guru dari para guru kami", beliau hidup pada abad VII Hijriyah.
Banyak di antara para ulama yang menyebutkan dalam karya-karya mereka bahwa imam Ahmad mentakwil secara terperinci (tafshili), di antaranya al Hafizh Abdurrahman ibn al Jawzi yang merupakan salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali. Disebut demikian karena beliau banyak mengetahui nash-nash (teks-teks induk) dalam madzhab Hanbali dan keadaan imam Ahmad.
Abu Nashr al Qusyairi juga telah menjelaskan konsekwensi-konsekwensi buruk yang secara logis akan didapat oleh orang yang menolak takwil. Abu Nashr al Qusyairi adalah seorang ulama yang digelari oleh al Hafizh 'Abdurrazzaq ath-Thabsi sebagai imam dari para imam. Ini seperti dikutip oleh al Hafizh Ibnu 'Asakir dalam kitabnya Tabyin Kadzib al Muftari.
Kedua : Metode Khalaf. Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab. Seperti halnya ulama Salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya. Metode ini bisa diambil dan diikuti, terutama ketika dikhawatirkan terjadi goncangan terhadap keyakinan orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka dari tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Sebagai contoh, firman Allah yang memaki Iblis :
﴿ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ﴾ (سورة ص : 75)
Ayat ini boleh ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan al Yadayn adalah al 'Inayah (perhatian khusus) dan al Hifzh (memelihara dan menjaga).
III. Pemahaman Golongan Musyabbihah terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat
Berbeda dengan para ulama salaf dan khalaf yang memakai metode takwil ijmali atau tafshili dalam memaknai ayat Mutasyabihat, golongan Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) mengambil makna zhahir ayat-ayat Mutasyabihat. Berbeda dengan prinsip yang dipegangi mayoritas ummat bahwa induk al Qur'an adalah ayat-ayat Muhkamat –seperti dijelaskan dalam al Qur'an: " هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ " - sehingga ayat-ayat Muhkamat yang mesti didahulukan untuk diajarkan kepada ummat sebelum ayat Mutasyabihat dan ayat-ayat Mutasyabihat harus dikembalikan pemahamannya kepada induknya; yaitu ayat-ayat Muhkamat, golongan Musyabbihah selalu mendahulukan ayat-ayat Mutasyabihat untuk diajarkan dan seakan mereka menganggap itulah inti dari ajaran Islam. Buku-buku aqidah mereka selalu mengedepankan mengajarkan ayat-ayat Mutasyabihat dan menanmkan paham tasybih pada pengikut mereka, sehingga disadari atau tidak inilah ciri orang yang menyimpang seperti dijelaskan oleh al Qur'an. Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم " (رواه أحمد والبخاري ومسلم وأبو داود والترمذي وابن ماجه)
Maknanya: “Jika kalian menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat Mutasyabihat al Qur'an, maka mereka inilah yang disebutkan oleh dalam Al Imran : 7, waspadai dan jauhi mereka". (H.R. Ahmad, al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi dan Ibnu Majah)
Paham tasybih ini sering terungkap ketika golongan ini menafsirkan ayat-ayat al Qur'an atau menerjemahkannya ke bahasa-bahasa lain, seperti al Qur'an dan Terjemahannya cetakan Saudi Arabia yang dipenuhi dengan paham tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Berikut contoh-contoh dari pemahaman tasybih mereka:
Ayat Kursi (Q.S. al Baqarah: 255), pada catatan kaki No.161, h. 63 dikatakan: "…pendapat yang sahih terhadap makna kursi ialah tempat letak telapak kaki-Nya". Perkataan ini jelas paham tasybih. Orang-orang Wahhabi ini meyakini bahwa Allah memiliki anggota badan yaitu kaki dan telapak kaki. Padahal al Imam ath-Thahawi telah menukil ijma' para ulama salaf yang menegaskan:
"تعالـى (يعني الله) عن الحدود والغايات والأركان والأعضاء والأدوات".
"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya).
Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:
" ومن وصف الله بمعنى من معانـي البشر فقد كفر".
"Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir".
Di antara sifat-sifat manusia adalah bergerak, diam, turun, naik, duduk, bersemayam, memiliki anggota badan, baik yang kecil maupun yang besar dan lain sebagainya. Jadi terjemahan tersebut jelas mengusung paham tasybih dan kekufuran.
Pada halaman 230, 368, 476, 567, 660, 900 mereka mengartikan "استوى على العرش":
dengan bersemayam, padahal bersemayam maknanya adalah duduk, berkediaman atau tinggal, tersimpan, terpatri (di hati), membaringkan. Dan semua makna ini mustahil berlaku bagi Allah karena semuanya adalah sifat makhluk. Tidak boleh diyakini bahwa Allah bersemayam tidak seperti bersemayamnya kita, karena begitu dikatakan Allah bersemayam berarti telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan serupa di berbagai tempat dalam al Qur'an dan Terjemahannya cetakan Saudi Arabia tersebut. Orang yang jeli dan memahami dengan baik aqidah Ahlussunnah akan dengan mudah menemukan paham tasybih tersebut.
Paham tasybih ini juga nampak ketika para pengikut paham ini mengatakan tentang sifat Allah tertentu: بذاته dan kata hakiki.[2] Misalnya Muhammad Shalih ibnu Utsaimin ketika menyebutkan sifat al 'Ayn bagi Allah ia mengatakan:
"ونؤمن بأن لله عينين اثنتين حقيقيتين".
"Dan kami beriman bahwa Allah memiliki dua 'ayn yang hakiki".
Padahal sifat 'Ayn tidak pernah disebutkan dalam al Qur'an dengan lafazh tatsniyah atau dengan tambahan kata hakiki. Itu berarti bahwa ia mamahami 'Ayn tak ubahnya adalah dua mata yang hakiki. Dan jelas 'Ayn yang hakiki adalah kelopak mata dengan seluruh bagiannya. Pernyataan Utsaimin ini terdapat dalam buku yang ia namakan: " عقيدة أهل السنة والجماعة ". Dalam edisi bahasa Indonesia juga bisa dibaca akidah yang sesat ini dalam terjemahan M.Yusuf Harun, M.A. di halaman-halaman berikut: 27, 28, 29, 34. Disebutkan dalam edisi terjemahan ini, h. 34: "(Allah) mempunyai dua mata yang sebenarnya". Pada h. 35 dikatakan: "Bahwa mata Allah adalah dua…".
Padahal Ahlussunnah mengimani 'Ayn sebagai sifat Allah, yang pasti bukan kelopak mata dan seluruh bagian-bagiannya. Al Imam al Bayhaqi dalam kitab al Asmaa' wa ash-Shifaat[3] menyebutkan bab-bab berikut:
- (باب ما جاء في إثبات الوجه صفة لا من حيث الصورة ) Bab tentang penetapan Wajh bagi Allah sebagai sifat bukan sebagai bentuk dan gambar.
- (باب ما جاء في إثبات العين صفة لا من حيث الحدقة) Bab tentang penetapan 'Ayn bagi Allah sebagai sifat bukan dari sisi sebagai kelopak mata.
- (باب ما جاء في إثبات اليدين صفتين لا من حيث الجارحة) Bab tentang penetapan Yadayn bagi Allah sebagai sifat bukan sebagai anggota badan.
Jadi meski sama-sama menetapkan Wajh, 'Ayn, Yadayn bagi Allah, Ahlussunnah dan golongan Musyabbihah seperti orang-orang Wahhabi berbeda dalam memahaminya. Ahlussunnah memahaminya sebagai sifat Allah yang tidak menyerupai sifat makhluk-Nya. Wajh bukan muka atau bagian tubuh, 'Ayn bukan mata, kelopak mata dan semacamnya, dan Yadayn bukan kedua tangan yang merupakan anggota badan. Sedangkan orang-orang wahhabi memahami Wajh secara hakiki, 'Ayn secara hakiki, yaitu mata, Yadayn secara hakiki yaitu tangan. Menurut Ahlussunnah sifat-sifat tersebut ketika diyakini sebagai sifat Allah maka tidak bisa diterjemahkan ke bahasa lain. Karena kata Wajh, 'Ayn dan Yadayn dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, dengan diterjemahkan kepada salah satu maknanya akan terjadi distorsi dan ketika itu nampak dipahami sebagai apa. Jika diterjemahkan sebagai wajah atau muka, mata dan tangan berarti telah meyakini keyakinan tasybih; bahwa Allah memiliki anggota badan. Seorang sunni meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut yang bukan bermakna muka, mata atau tangan. Memang mungkin saja diterjemahkan tetapi diterjemahkan maknanya dengan mentakwil Wajh sebagai al Mulk (kekuasaan), 'Ayn sebagai al Hifzh (pemeliharaan), Yad sebagai al 'Inayah (perhatian khusus), atau al Qudrah (kekuasaan) atau al 'Ahd (janji) dan semacamnya.
IV. Syubhah dan Jawabannya
Golongan Musyabbihah mengklaim bahwa madzhab yang mereka ikuti adalah metode para ulama salaf ash-Shalih.
Jawaban: Jelas berbeda antara pendapat mereka dan madzhab mayoritas salaf. Karena sangat berbeda antara al Akhdzu bizh-Zhahir (mengambil zhahir ayat atau hadits sifat) dan Nafyu al kayf 'anillah (menafikan sifat-sifat makhluk dari Allah). Madzhab salaf bukan Itsbatul kayf Lillah (menetapkan al kayf bagi Allah) dengan al Jahl bi dzalikal kayf (tanpa mengetahui kayf tersebut), tetapi tanzihullah 'anil Kayf (mensucikan Allah dari al kayf). Jadi ketika memaknai ayat Istiwa' ulama salaf memahami bahwa al Kayf seperti duduk, bersemayam, berada di atas 'arsy dengan jarak dan semacamnya dinafikan dari Allah. Tetapi golongan Musyabbihah memahami istawa dengan istaqarra; bersemayam dan berada di atas 'arsy, tanpa mengetahui bagaimana bersemayam-nya Allah. Ini jelas merupakan tasybih; menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dengan menyifati Allah dengan sifat makhluk, yaitu bersemayam. Jauh berbeda antara Tanzih dan Tasybih, jelas berbeda antara Itsbatul kayf Lillah dengan tanzihullah 'anil Kayf. Al Imam Malik dan lainnya tidak pernah mengatakan al Kayf Majhul. Hanya ada dua riwayat yang sahih dari para ulama salaf. Pertama: riwayat yang berbunyi:
" الرحمن على العرش استوى كما وصف نفسه ولا يقال كيف وكيف عنه مرفوع وما أراك إلا صاحب بدعة أخرجوه".
"Allah memiliki sifat istiwa' seperti yang Ia sifatkan sendiri untuk Dzat-Nya, tidak boleh dikatakan Bagaimana dan Kayf mustahil bagi-Nya".
Ini diriwayatkan oleh al Hafizh al Bayhaqi dari al Imam Malik dengan sanad yang Jayyid (kuat). Kedua: riwayat dari Ummu Salamah dan Rabi'ah yang berbunyi:
" الاستواء غير مجهول والكيف غير معقول...".
"Istiwa sudah diketahui bahwa Allah disifati dengannya dan al Kayf mustahil bagi-Nya". (Riwayat ini dituturkan oleh al-Laalka-i)
Riwayat Wal Kayf Majhul tidak sahih dari sisi periwayatannya dari Imam Malik dan lainnya.[4] Demikian juga maknanya tidak sesuai, karena redaksi tersebut menetapkan al Kayf bagi Allah, hanya saja kita tidak mengetahuinya. Ini bertentangan dengan madzhab para ulama salaf yang jelas-jelas menafikan Kayf dari Allah dengan mengatakan: بلا كيف ; tanpa berlaku kayf bagi Allah. Al Bayhaqi dalam kitab al I'tiqad meriwayatkan dengan sanadnya dari al Awza'i, Malik, Sufyan dan al-Layts ibn Sa'd bahwa ketika ditanya tentang hadits-hadits mutasyabihat, mereka mengatakan:
"أمروها كما جاءت بلا كيفية".
"Baca saja hadits-hadits tersebut seperti riwayat yang ada dengan tanpa meyakininya sebagai sifat-sifat makhluk". [5]
Wallahu a'lam wa ahkam.
[1] Syekh Zakariyya al Anshari, al Hudud al Aniiqah Wa at-Ta'riifat ad-Daqiiqah (Beirut: Dar al Masyari', 1425-2004), h. 27.
[2] Badruddin Ibnu Jama'ah, I-dlah ad-Dalil fi Qath'i Hujaj Ahl at-Ta'thil (Kairo: Darussalam, 1410 H-1990), h. 107
[3] Al Hafizh al Bayhaqi, al Asma' Wa ash-Shifaat (Kairo: Darul Hadits, 1423 H-2002 ) h.319-340.
[4] Syekh Abdullah al Harari, ad-Dalil al Qawiim 'ala ash-Shirath al Mustaqim (Beirut: tp, 1397 H), h. 36
[5] Ibid., h. 56
Untuk memahami tema ini sebagaimana mestinya, harus diketahui terlebih dahulu bahwa di dalam al Qur'an terdapat ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat. Allah ta'ala berfirman :
] هُوَ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَـأَمَّا الَّذِيْنَ فِي قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِـغَاءَ الْفِـتْنَةِ وَابْتِـغَاءَ تَأْوِيْلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوْا اْلأَلْبَابِ [ (ءال عمران : 7)
Maknanya : "Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada Muhammad. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah Umm Al Qur'an (yang dikembalikan dan disesuaikan pemaknaan ayat-ayat al Qur'an dengannya) dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya sesuai dengan hawa nafsunya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (seperti saat tibanya kiamat) melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan : "kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang-orang yang berakal" (Q.S. Al Imran : 7)
I. Definisi Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Al Muhkam: المتضح المعنى ; yang jelas maknanya.
al Mutasyabih: ما ليس بمتضح المعنى; yang tidak jelas maknanya.[1]
Jadi Ayat-ayat Muhkamat : ayat yang dari sisi kebahasaan memiliki satu makna saja dan tidak memungkinkan untuk ditakwil ke makna lain. Atau ayat yang diketahui dengan jelas makna dan maksudnya. Seperti firman Allah :
﴿ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ﴾ (سورة الشورى: ۱۱)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
﴿ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴾ (سورة الإخلاص :4)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak ada satupun yang menyekutui-Nya”. (Q.S. al Ikhlash : 4)
﴿ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا ﴾ (سورة مريم :65)
Maknanya: “Allah tidak ada serupa bagi-Nya”. (Q.S. Maryam : 65)
Ayat-ayat Mutasyabihat : ayat yang belum jelas maknanya. Atau yang memiliki banyak kemungkinan makna dan pemahaman sehingga perlu direnungkan agar diperoleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-ayat muhkamat. Seperti firman Allah :
﴿ الرّحْمٰنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى ﴾ (سورة طه :5)
Penafsiran terhadap ayat-ayat mutasyabihat harus dikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat. Ini jika memang berkait dengan ayat-ayat mutasyabihat yang mungkin diketahui oleh para ulama. Sedangkan mutasyabih (hal yang tidak diketahui oleh kita) yang dimaksud dalam ayat
﴿ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ ﴾ (سورة ءال عمران : 7)
Menurut bacaan waqaf pada lafazh al Jalalah الله adalah seperti saat kiamat tiba, waktu pasti munculnya Dajjal, dan bukan mutasyabih yang seperti ayat tentang istiwa') Q.S. Thaha : 5). Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" اعْمَلُوْا بِمُحْكَمِهِ وَءَامِنُوْا بِمُتَشَابِهِهِ" (حديث ضعيف ضعفا خفيفا)
Maknanya: “Amalkanlah ayat-ayat muhkamat yang ada dalam Al Qur'an dan berimanlah terhadap yang mutasyabihat dalam Al Qur'an". Artinya jangan mengingkari adanya ayat-ayat mutasyabihat ini melainkan percayai adanya dan kembalikan maknanya kepada ayat-ayat yang muhkamat. Hadits ini dla'if dengan kedla'ifan yang ringan.
Az-Zabidi mengatakan menukil dari al Qusyairi : "Bukankah ada pendapat yang mengatakan bahwa bacaan ayat (tentang takwil) tersebut adalah [ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ ], seakan Allah menyatakan "orang yang mendalam ilmunya juga mengetahui takwilnya serta beriman kepadanya" karena beriman kepada sesuatu itu hanya dapat terwujud setelah mengetahui sesuatu itu, sedang sesuatu yang tidak diketahui tidak akan mungkin seseorang beriman kepadanya. Karenanya, Ibnu Abbas mengatakan : "Saya termasuk orang-orang yang mendalam ilmunya".
II. Metode Memaknai Ayat Mutasyabihat
Ada dua metode untuk memaknai ayat-ayat mutasyabihat yang keduanya sama-sama benar :
Pertama : Metode Salaf. Mereka adalah orng-orang yang hidup pada tiga abad hijriyah pertama. Yakni kebanyakan dari mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara global (takwil ijmali), yaitu dengan mengimaninya serta meyakini bahwa maknanya bukanlah sifat-sifat jism (sesuatu yang memiliki ukuran dan dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kemahasucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. Mereka mengembalikan makna ayat-ayat mutasyabihat tersebut kepada ayat-ayat muhkamat seperti firman Allah :
﴿ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ﴾ (سورة الشورى: ۱۱)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
Takwil ijmali ini adalah seperti yang dikatakan oleh imam asy-Syafi'i –semoga Allah meridlainya- :
" ءَامَنْتُ بِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ عَلَى مُرَادِ اللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ r عَلَى مُرَادِ رَسُوْلِ اللهِ "
"Aku beriman dengan segala yang berasal dari Allah sesuai apa yang dimaksudkan Allah dan beriman dengan segala yang berasal dari Rasulullah r sesuai dengan maksud Rasulullah", yakni bukan sesuai dengan yang terbayangkan oleh prasangka dan benak manusia yang merupakan sifat-sifat benda (makhluk) yang tentunya mustahil bagi Allah.
Selanjutnya, penafian bahwa ulama salaf mentakwil secara terperinci (takwil tafshili) seperti yang diduga oleh sebagian orang tidaklah benar. Terbukti bahwa dalam Shahih al Bukhari, kitab tafsir al Qur'an tertulis :
" سُوْرَةُ الْقَصَصِ ، كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ ، إِلاَّ مُلْكَهُ وَيُقَالَ مَا يُتَقَرَّبُ بِهِ إِلَيْهِ " اهـ.
"Surat al Qashash, كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (Q.S. al Qashash : 88) yakni kecuali kekuasaan dan pengaturan-Nya terhadap makhluk-Nya
atau amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada-Nya". Kekuasaan Allah adalah sifat Allah yang azali (tidak memiliki permulaan) , tidak seperti kekuasaan yang Ia berikan kepada makhluk-Nya. Dalam Shahih al Bukhari juga masih terdapat takwil semacam ini di bagian yang lain seperti dlahik yang terdapat dalam hadits ditakwilkan dengan rahmat-Nya yang khusus (ar-Rahmah al Khashshah).
Terbukti dengan sahih pula bahwa imam Ahmad yang juga termasuk ulama salaf mentakwil firman Allah : [ رَبُّكَ ﴿ وَجَاءَ secara tafshili (terperinci), ia mengatakan : yakni datang kekuasan-Nya (tanda-tanda kekuasaan-Nya) ". Sanad perkataan imam Ahmad ini disahihkan oleh al Hafizh al Bayhaqi, seorang ahli hadits yang menurut al Hafizh Shalahuddin al 'Ala-i : "Setelah al Bayhaqi dan ad-Daraquthni, belum ada ahli hadits yang menyamai kapasitas keduanya atau mendekati kapasitas keduanya ". Komentar al Bayhaqi terhadap sanad tersebut ada dalam kitabnya Manaqib Ahmad. Sedang komentar al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i mengenai al Bayhaqi dan ad-Daraquthni terdapat dalam bukunya al Wasyyu al Mu'lam. Al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i sendiri menurut al Hafizh Ibnu Hajar : "Dia adalah guru dari para guru kami", beliau hidup pada abad VII Hijriyah.
Banyak di antara para ulama yang menyebutkan dalam karya-karya mereka bahwa imam Ahmad mentakwil secara terperinci (tafshili), di antaranya al Hafizh Abdurrahman ibn al Jawzi yang merupakan salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali. Disebut demikian karena beliau banyak mengetahui nash-nash (teks-teks induk) dalam madzhab Hanbali dan keadaan imam Ahmad.
Abu Nashr al Qusyairi juga telah menjelaskan konsekwensi-konsekwensi buruk yang secara logis akan didapat oleh orang yang menolak takwil. Abu Nashr al Qusyairi adalah seorang ulama yang digelari oleh al Hafizh 'Abdurrazzaq ath-Thabsi sebagai imam dari para imam. Ini seperti dikutip oleh al Hafizh Ibnu 'Asakir dalam kitabnya Tabyin Kadzib al Muftari.
Kedua : Metode Khalaf. Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab. Seperti halnya ulama Salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya. Metode ini bisa diambil dan diikuti, terutama ketika dikhawatirkan terjadi goncangan terhadap keyakinan orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka dari tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Sebagai contoh, firman Allah yang memaki Iblis :
﴿ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ﴾ (سورة ص : 75)
Ayat ini boleh ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan al Yadayn adalah al 'Inayah (perhatian khusus) dan al Hifzh (memelihara dan menjaga).
III. Pemahaman Golongan Musyabbihah terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat
Berbeda dengan para ulama salaf dan khalaf yang memakai metode takwil ijmali atau tafshili dalam memaknai ayat Mutasyabihat, golongan Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) mengambil makna zhahir ayat-ayat Mutasyabihat. Berbeda dengan prinsip yang dipegangi mayoritas ummat bahwa induk al Qur'an adalah ayat-ayat Muhkamat –seperti dijelaskan dalam al Qur'an: " هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ " - sehingga ayat-ayat Muhkamat yang mesti didahulukan untuk diajarkan kepada ummat sebelum ayat Mutasyabihat dan ayat-ayat Mutasyabihat harus dikembalikan pemahamannya kepada induknya; yaitu ayat-ayat Muhkamat, golongan Musyabbihah selalu mendahulukan ayat-ayat Mutasyabihat untuk diajarkan dan seakan mereka menganggap itulah inti dari ajaran Islam. Buku-buku aqidah mereka selalu mengedepankan mengajarkan ayat-ayat Mutasyabihat dan menanmkan paham tasybih pada pengikut mereka, sehingga disadari atau tidak inilah ciri orang yang menyimpang seperti dijelaskan oleh al Qur'an. Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم " (رواه أحمد والبخاري ومسلم وأبو داود والترمذي وابن ماجه)
Maknanya: “Jika kalian menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat Mutasyabihat al Qur'an, maka mereka inilah yang disebutkan oleh dalam Al Imran : 7, waspadai dan jauhi mereka". (H.R. Ahmad, al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi dan Ibnu Majah)
Paham tasybih ini sering terungkap ketika golongan ini menafsirkan ayat-ayat al Qur'an atau menerjemahkannya ke bahasa-bahasa lain, seperti al Qur'an dan Terjemahannya cetakan Saudi Arabia yang dipenuhi dengan paham tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Berikut contoh-contoh dari pemahaman tasybih mereka:
Ayat Kursi (Q.S. al Baqarah: 255), pada catatan kaki No.161, h. 63 dikatakan: "…pendapat yang sahih terhadap makna kursi ialah tempat letak telapak kaki-Nya". Perkataan ini jelas paham tasybih. Orang-orang Wahhabi ini meyakini bahwa Allah memiliki anggota badan yaitu kaki dan telapak kaki. Padahal al Imam ath-Thahawi telah menukil ijma' para ulama salaf yang menegaskan:
"تعالـى (يعني الله) عن الحدود والغايات والأركان والأعضاء والأدوات".
"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya).
Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:
" ومن وصف الله بمعنى من معانـي البشر فقد كفر".
"Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir".
Di antara sifat-sifat manusia adalah bergerak, diam, turun, naik, duduk, bersemayam, memiliki anggota badan, baik yang kecil maupun yang besar dan lain sebagainya. Jadi terjemahan tersebut jelas mengusung paham tasybih dan kekufuran.
Pada halaman 230, 368, 476, 567, 660, 900 mereka mengartikan "استوى على العرش":
dengan bersemayam, padahal bersemayam maknanya adalah duduk, berkediaman atau tinggal, tersimpan, terpatri (di hati), membaringkan. Dan semua makna ini mustahil berlaku bagi Allah karena semuanya adalah sifat makhluk. Tidak boleh diyakini bahwa Allah bersemayam tidak seperti bersemayamnya kita, karena begitu dikatakan Allah bersemayam berarti telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan serupa di berbagai tempat dalam al Qur'an dan Terjemahannya cetakan Saudi Arabia tersebut. Orang yang jeli dan memahami dengan baik aqidah Ahlussunnah akan dengan mudah menemukan paham tasybih tersebut.
Paham tasybih ini juga nampak ketika para pengikut paham ini mengatakan tentang sifat Allah tertentu: بذاته dan kata hakiki.[2] Misalnya Muhammad Shalih ibnu Utsaimin ketika menyebutkan sifat al 'Ayn bagi Allah ia mengatakan:
"ونؤمن بأن لله عينين اثنتين حقيقيتين".
"Dan kami beriman bahwa Allah memiliki dua 'ayn yang hakiki".
Padahal sifat 'Ayn tidak pernah disebutkan dalam al Qur'an dengan lafazh tatsniyah atau dengan tambahan kata hakiki. Itu berarti bahwa ia mamahami 'Ayn tak ubahnya adalah dua mata yang hakiki. Dan jelas 'Ayn yang hakiki adalah kelopak mata dengan seluruh bagiannya. Pernyataan Utsaimin ini terdapat dalam buku yang ia namakan: " عقيدة أهل السنة والجماعة ". Dalam edisi bahasa Indonesia juga bisa dibaca akidah yang sesat ini dalam terjemahan M.Yusuf Harun, M.A. di halaman-halaman berikut: 27, 28, 29, 34. Disebutkan dalam edisi terjemahan ini, h. 34: "(Allah) mempunyai dua mata yang sebenarnya". Pada h. 35 dikatakan: "Bahwa mata Allah adalah dua…".
Padahal Ahlussunnah mengimani 'Ayn sebagai sifat Allah, yang pasti bukan kelopak mata dan seluruh bagian-bagiannya. Al Imam al Bayhaqi dalam kitab al Asmaa' wa ash-Shifaat[3] menyebutkan bab-bab berikut:
- (باب ما جاء في إثبات الوجه صفة لا من حيث الصورة ) Bab tentang penetapan Wajh bagi Allah sebagai sifat bukan sebagai bentuk dan gambar.
- (باب ما جاء في إثبات العين صفة لا من حيث الحدقة) Bab tentang penetapan 'Ayn bagi Allah sebagai sifat bukan dari sisi sebagai kelopak mata.
- (باب ما جاء في إثبات اليدين صفتين لا من حيث الجارحة) Bab tentang penetapan Yadayn bagi Allah sebagai sifat bukan sebagai anggota badan.
Jadi meski sama-sama menetapkan Wajh, 'Ayn, Yadayn bagi Allah, Ahlussunnah dan golongan Musyabbihah seperti orang-orang Wahhabi berbeda dalam memahaminya. Ahlussunnah memahaminya sebagai sifat Allah yang tidak menyerupai sifat makhluk-Nya. Wajh bukan muka atau bagian tubuh, 'Ayn bukan mata, kelopak mata dan semacamnya, dan Yadayn bukan kedua tangan yang merupakan anggota badan. Sedangkan orang-orang wahhabi memahami Wajh secara hakiki, 'Ayn secara hakiki, yaitu mata, Yadayn secara hakiki yaitu tangan. Menurut Ahlussunnah sifat-sifat tersebut ketika diyakini sebagai sifat Allah maka tidak bisa diterjemahkan ke bahasa lain. Karena kata Wajh, 'Ayn dan Yadayn dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, dengan diterjemahkan kepada salah satu maknanya akan terjadi distorsi dan ketika itu nampak dipahami sebagai apa. Jika diterjemahkan sebagai wajah atau muka, mata dan tangan berarti telah meyakini keyakinan tasybih; bahwa Allah memiliki anggota badan. Seorang sunni meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut yang bukan bermakna muka, mata atau tangan. Memang mungkin saja diterjemahkan tetapi diterjemahkan maknanya dengan mentakwil Wajh sebagai al Mulk (kekuasaan), 'Ayn sebagai al Hifzh (pemeliharaan), Yad sebagai al 'Inayah (perhatian khusus), atau al Qudrah (kekuasaan) atau al 'Ahd (janji) dan semacamnya.
IV. Syubhah dan Jawabannya
Golongan Musyabbihah mengklaim bahwa madzhab yang mereka ikuti adalah metode para ulama salaf ash-Shalih.
Jawaban: Jelas berbeda antara pendapat mereka dan madzhab mayoritas salaf. Karena sangat berbeda antara al Akhdzu bizh-Zhahir (mengambil zhahir ayat atau hadits sifat) dan Nafyu al kayf 'anillah (menafikan sifat-sifat makhluk dari Allah). Madzhab salaf bukan Itsbatul kayf Lillah (menetapkan al kayf bagi Allah) dengan al Jahl bi dzalikal kayf (tanpa mengetahui kayf tersebut), tetapi tanzihullah 'anil Kayf (mensucikan Allah dari al kayf). Jadi ketika memaknai ayat Istiwa' ulama salaf memahami bahwa al Kayf seperti duduk, bersemayam, berada di atas 'arsy dengan jarak dan semacamnya dinafikan dari Allah. Tetapi golongan Musyabbihah memahami istawa dengan istaqarra; bersemayam dan berada di atas 'arsy, tanpa mengetahui bagaimana bersemayam-nya Allah. Ini jelas merupakan tasybih; menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dengan menyifati Allah dengan sifat makhluk, yaitu bersemayam. Jauh berbeda antara Tanzih dan Tasybih, jelas berbeda antara Itsbatul kayf Lillah dengan tanzihullah 'anil Kayf. Al Imam Malik dan lainnya tidak pernah mengatakan al Kayf Majhul. Hanya ada dua riwayat yang sahih dari para ulama salaf. Pertama: riwayat yang berbunyi:
" الرحمن على العرش استوى كما وصف نفسه ولا يقال كيف وكيف عنه مرفوع وما أراك إلا صاحب بدعة أخرجوه".
"Allah memiliki sifat istiwa' seperti yang Ia sifatkan sendiri untuk Dzat-Nya, tidak boleh dikatakan Bagaimana dan Kayf mustahil bagi-Nya".
Ini diriwayatkan oleh al Hafizh al Bayhaqi dari al Imam Malik dengan sanad yang Jayyid (kuat). Kedua: riwayat dari Ummu Salamah dan Rabi'ah yang berbunyi:
" الاستواء غير مجهول والكيف غير معقول...".
"Istiwa sudah diketahui bahwa Allah disifati dengannya dan al Kayf mustahil bagi-Nya". (Riwayat ini dituturkan oleh al-Laalka-i)
Riwayat Wal Kayf Majhul tidak sahih dari sisi periwayatannya dari Imam Malik dan lainnya.[4] Demikian juga maknanya tidak sesuai, karena redaksi tersebut menetapkan al Kayf bagi Allah, hanya saja kita tidak mengetahuinya. Ini bertentangan dengan madzhab para ulama salaf yang jelas-jelas menafikan Kayf dari Allah dengan mengatakan: بلا كيف ; tanpa berlaku kayf bagi Allah. Al Bayhaqi dalam kitab al I'tiqad meriwayatkan dengan sanadnya dari al Awza'i, Malik, Sufyan dan al-Layts ibn Sa'd bahwa ketika ditanya tentang hadits-hadits mutasyabihat, mereka mengatakan:
"أمروها كما جاءت بلا كيفية".
"Baca saja hadits-hadits tersebut seperti riwayat yang ada dengan tanpa meyakininya sebagai sifat-sifat makhluk". [5]
Wallahu a'lam wa ahkam.
[1] Syekh Zakariyya al Anshari, al Hudud al Aniiqah Wa at-Ta'riifat ad-Daqiiqah (Beirut: Dar al Masyari', 1425-2004), h. 27.
[2] Badruddin Ibnu Jama'ah, I-dlah ad-Dalil fi Qath'i Hujaj Ahl at-Ta'thil (Kairo: Darussalam, 1410 H-1990), h. 107
[3] Al Hafizh al Bayhaqi, al Asma' Wa ash-Shifaat (Kairo: Darul Hadits, 1423 H-2002 ) h.319-340.
[4] Syekh Abdullah al Harari, ad-Dalil al Qawiim 'ala ash-Shirath al Mustaqim (Beirut: tp, 1397 H), h. 36
[5] Ibid., h. 56
] هُوَ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَـأَمَّا الَّذِيْنَ فِي قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِـغَاءَ الْفِـتْنَةِ وَابْتِـغَاءَ تَأْوِيْلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوْا اْلأَلْبَابِ [ (ءال عمران : 7)
Maknanya : "Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada Muhammad. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah Umm Al Qur'an (yang dikembalikan dan disesuaikan pemaknaan ayat-ayat al Qur'an dengannya) dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya sesuai dengan hawa nafsunya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (seperti saat tibanya kiamat) melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan : "kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang-orang yang berakal" (Q.S. Al Imran : 7)
I. Definisi Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Al Muhkam: المتضح المعنى ; yang jelas maknanya.
al Mutasyabih: ما ليس بمتضح المعنى; yang tidak jelas maknanya.[1]
Jadi Ayat-ayat Muhkamat : ayat yang dari sisi kebahasaan memiliki satu makna saja dan tidak memungkinkan untuk ditakwil ke makna lain. Atau ayat yang diketahui dengan jelas makna dan maksudnya. Seperti firman Allah :
﴿ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ﴾ (سورة الشورى: ۱۱)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
﴿ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴾ (سورة الإخلاص :4)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak ada satupun yang menyekutui-Nya”. (Q.S. al Ikhlash : 4)
﴿ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا ﴾ (سورة مريم :65)
Maknanya: “Allah tidak ada serupa bagi-Nya”. (Q.S. Maryam : 65)
Ayat-ayat Mutasyabihat : ayat yang belum jelas maknanya. Atau yang memiliki banyak kemungkinan makna dan pemahaman sehingga perlu direnungkan agar diperoleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-ayat muhkamat. Seperti firman Allah :
﴿ الرّحْمٰنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى ﴾ (سورة طه :5)
Penafsiran terhadap ayat-ayat mutasyabihat harus dikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat. Ini jika memang berkait dengan ayat-ayat mutasyabihat yang mungkin diketahui oleh para ulama. Sedangkan mutasyabih (hal yang tidak diketahui oleh kita) yang dimaksud dalam ayat
﴿ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ ﴾ (سورة ءال عمران : 7)
Menurut bacaan waqaf pada lafazh al Jalalah الله adalah seperti saat kiamat tiba, waktu pasti munculnya Dajjal, dan bukan mutasyabih yang seperti ayat tentang istiwa') Q.S. Thaha : 5). Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" اعْمَلُوْا بِمُحْكَمِهِ وَءَامِنُوْا بِمُتَشَابِهِهِ" (حديث ضعيف ضعفا خفيفا)
Maknanya: “Amalkanlah ayat-ayat muhkamat yang ada dalam Al Qur'an dan berimanlah terhadap yang mutasyabihat dalam Al Qur'an". Artinya jangan mengingkari adanya ayat-ayat mutasyabihat ini melainkan percayai adanya dan kembalikan maknanya kepada ayat-ayat yang muhkamat. Hadits ini dla'if dengan kedla'ifan yang ringan.
Az-Zabidi mengatakan menukil dari al Qusyairi : "Bukankah ada pendapat yang mengatakan bahwa bacaan ayat (tentang takwil) tersebut adalah [ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ ], seakan Allah menyatakan "orang yang mendalam ilmunya juga mengetahui takwilnya serta beriman kepadanya" karena beriman kepada sesuatu itu hanya dapat terwujud setelah mengetahui sesuatu itu, sedang sesuatu yang tidak diketahui tidak akan mungkin seseorang beriman kepadanya. Karenanya, Ibnu Abbas mengatakan : "Saya termasuk orang-orang yang mendalam ilmunya".
II. Metode Memaknai Ayat Mutasyabihat
Ada dua metode untuk memaknai ayat-ayat mutasyabihat yang keduanya sama-sama benar :
Pertama : Metode Salaf. Mereka adalah orng-orang yang hidup pada tiga abad hijriyah pertama. Yakni kebanyakan dari mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara global (takwil ijmali), yaitu dengan mengimaninya serta meyakini bahwa maknanya bukanlah sifat-sifat jism (sesuatu yang memiliki ukuran dan dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kemahasucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. Mereka mengembalikan makna ayat-ayat mutasyabihat tersebut kepada ayat-ayat muhkamat seperti firman Allah :
﴿ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ﴾ (سورة الشورى: ۱۱)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
Takwil ijmali ini adalah seperti yang dikatakan oleh imam asy-Syafi'i –semoga Allah meridlainya- :
" ءَامَنْتُ بِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ عَلَى مُرَادِ اللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ r عَلَى مُرَادِ رَسُوْلِ اللهِ "
"Aku beriman dengan segala yang berasal dari Allah sesuai apa yang dimaksudkan Allah dan beriman dengan segala yang berasal dari Rasulullah r sesuai dengan maksud Rasulullah", yakni bukan sesuai dengan yang terbayangkan oleh prasangka dan benak manusia yang merupakan sifat-sifat benda (makhluk) yang tentunya mustahil bagi Allah.
Selanjutnya, penafian bahwa ulama salaf mentakwil secara terperinci (takwil tafshili) seperti yang diduga oleh sebagian orang tidaklah benar. Terbukti bahwa dalam Shahih al Bukhari, kitab tafsir al Qur'an tertulis :
" سُوْرَةُ الْقَصَصِ ، كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ ، إِلاَّ مُلْكَهُ وَيُقَالَ مَا يُتَقَرَّبُ بِهِ إِلَيْهِ " اهـ.
"Surat al Qashash, كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (Q.S. al Qashash : 88) yakni kecuali kekuasaan dan pengaturan-Nya terhadap makhluk-Nya
atau amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada-Nya". Kekuasaan Allah adalah sifat Allah yang azali (tidak memiliki permulaan) , tidak seperti kekuasaan yang Ia berikan kepada makhluk-Nya. Dalam Shahih al Bukhari juga masih terdapat takwil semacam ini di bagian yang lain seperti dlahik yang terdapat dalam hadits ditakwilkan dengan rahmat-Nya yang khusus (ar-Rahmah al Khashshah).
Terbukti dengan sahih pula bahwa imam Ahmad yang juga termasuk ulama salaf mentakwil firman Allah : [ رَبُّكَ ﴿ وَجَاءَ secara tafshili (terperinci), ia mengatakan : yakni datang kekuasan-Nya (tanda-tanda kekuasaan-Nya) ". Sanad perkataan imam Ahmad ini disahihkan oleh al Hafizh al Bayhaqi, seorang ahli hadits yang menurut al Hafizh Shalahuddin al 'Ala-i : "Setelah al Bayhaqi dan ad-Daraquthni, belum ada ahli hadits yang menyamai kapasitas keduanya atau mendekati kapasitas keduanya ". Komentar al Bayhaqi terhadap sanad tersebut ada dalam kitabnya Manaqib Ahmad. Sedang komentar al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i mengenai al Bayhaqi dan ad-Daraquthni terdapat dalam bukunya al Wasyyu al Mu'lam. Al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i sendiri menurut al Hafizh Ibnu Hajar : "Dia adalah guru dari para guru kami", beliau hidup pada abad VII Hijriyah.
Banyak di antara para ulama yang menyebutkan dalam karya-karya mereka bahwa imam Ahmad mentakwil secara terperinci (tafshili), di antaranya al Hafizh Abdurrahman ibn al Jawzi yang merupakan salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali. Disebut demikian karena beliau banyak mengetahui nash-nash (teks-teks induk) dalam madzhab Hanbali dan keadaan imam Ahmad.
Abu Nashr al Qusyairi juga telah menjelaskan konsekwensi-konsekwensi buruk yang secara logis akan didapat oleh orang yang menolak takwil. Abu Nashr al Qusyairi adalah seorang ulama yang digelari oleh al Hafizh 'Abdurrazzaq ath-Thabsi sebagai imam dari para imam. Ini seperti dikutip oleh al Hafizh Ibnu 'Asakir dalam kitabnya Tabyin Kadzib al Muftari.
Kedua : Metode Khalaf. Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab. Seperti halnya ulama Salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya. Metode ini bisa diambil dan diikuti, terutama ketika dikhawatirkan terjadi goncangan terhadap keyakinan orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka dari tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Sebagai contoh, firman Allah yang memaki Iblis :
﴿ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ﴾ (سورة ص : 75)
Ayat ini boleh ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan al Yadayn adalah al 'Inayah (perhatian khusus) dan al Hifzh (memelihara dan menjaga).
III. Pemahaman Golongan Musyabbihah terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat
Berbeda dengan para ulama salaf dan khalaf yang memakai metode takwil ijmali atau tafshili dalam memaknai ayat Mutasyabihat, golongan Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) mengambil makna zhahir ayat-ayat Mutasyabihat. Berbeda dengan prinsip yang dipegangi mayoritas ummat bahwa induk al Qur'an adalah ayat-ayat Muhkamat –seperti dijelaskan dalam al Qur'an: " هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ " - sehingga ayat-ayat Muhkamat yang mesti didahulukan untuk diajarkan kepada ummat sebelum ayat Mutasyabihat dan ayat-ayat Mutasyabihat harus dikembalikan pemahamannya kepada induknya; yaitu ayat-ayat Muhkamat, golongan Musyabbihah selalu mendahulukan ayat-ayat Mutasyabihat untuk diajarkan dan seakan mereka menganggap itulah inti dari ajaran Islam. Buku-buku aqidah mereka selalu mengedepankan mengajarkan ayat-ayat Mutasyabihat dan menanmkan paham tasybih pada pengikut mereka, sehingga disadari atau tidak inilah ciri orang yang menyimpang seperti dijelaskan oleh al Qur'an. Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم " (رواه أحمد والبخاري ومسلم وأبو داود والترمذي وابن ماجه)
Maknanya: “Jika kalian menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat Mutasyabihat al Qur'an, maka mereka inilah yang disebutkan oleh dalam Al Imran : 7, waspadai dan jauhi mereka". (H.R. Ahmad, al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi dan Ibnu Majah)
Paham tasybih ini sering terungkap ketika golongan ini menafsirkan ayat-ayat al Qur'an atau menerjemahkannya ke bahasa-bahasa lain, seperti al Qur'an dan Terjemahannya cetakan Saudi Arabia yang dipenuhi dengan paham tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Berikut contoh-contoh dari pemahaman tasybih mereka:
Ayat Kursi (Q.S. al Baqarah: 255), pada catatan kaki No.161, h. 63 dikatakan: "…pendapat yang sahih terhadap makna kursi ialah tempat letak telapak kaki-Nya". Perkataan ini jelas paham tasybih. Orang-orang Wahhabi ini meyakini bahwa Allah memiliki anggota badan yaitu kaki dan telapak kaki. Padahal al Imam ath-Thahawi telah menukil ijma' para ulama salaf yang menegaskan:
"تعالـى (يعني الله) عن الحدود والغايات والأركان والأعضاء والأدوات".
"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya).
Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:
" ومن وصف الله بمعنى من معانـي البشر فقد كفر".
"Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir".
Di antara sifat-sifat manusia adalah bergerak, diam, turun, naik, duduk, bersemayam, memiliki anggota badan, baik yang kecil maupun yang besar dan lain sebagainya. Jadi terjemahan tersebut jelas mengusung paham tasybih dan kekufuran.
Pada halaman 230, 368, 476, 567, 660, 900 mereka mengartikan "استوى على العرش":
dengan bersemayam, padahal bersemayam maknanya adalah duduk, berkediaman atau tinggal, tersimpan, terpatri (di hati), membaringkan. Dan semua makna ini mustahil berlaku bagi Allah karena semuanya adalah sifat makhluk. Tidak boleh diyakini bahwa Allah bersemayam tidak seperti bersemayamnya kita, karena begitu dikatakan Allah bersemayam berarti telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan serupa di berbagai tempat dalam al Qur'an dan Terjemahannya cetakan Saudi Arabia tersebut. Orang yang jeli dan memahami dengan baik aqidah Ahlussunnah akan dengan mudah menemukan paham tasybih tersebut.
Paham tasybih ini juga nampak ketika para pengikut paham ini mengatakan tentang sifat Allah tertentu: بذاته dan kata hakiki.[2] Misalnya Muhammad Shalih ibnu Utsaimin ketika menyebutkan sifat al 'Ayn bagi Allah ia mengatakan:
"ونؤمن بأن لله عينين اثنتين حقيقيتين".
"Dan kami beriman bahwa Allah memiliki dua 'ayn yang hakiki".
Padahal sifat 'Ayn tidak pernah disebutkan dalam al Qur'an dengan lafazh tatsniyah atau dengan tambahan kata hakiki. Itu berarti bahwa ia mamahami 'Ayn tak ubahnya adalah dua mata yang hakiki. Dan jelas 'Ayn yang hakiki adalah kelopak mata dengan seluruh bagiannya. Pernyataan Utsaimin ini terdapat dalam buku yang ia namakan: " عقيدة أهل السنة والجماعة ". Dalam edisi bahasa Indonesia juga bisa dibaca akidah yang sesat ini dalam terjemahan M.Yusuf Harun, M.A. di halaman-halaman berikut: 27, 28, 29, 34. Disebutkan dalam edisi terjemahan ini, h. 34: "(Allah) mempunyai dua mata yang sebenarnya". Pada h. 35 dikatakan: "Bahwa mata Allah adalah dua…".
Padahal Ahlussunnah mengimani 'Ayn sebagai sifat Allah, yang pasti bukan kelopak mata dan seluruh bagian-bagiannya. Al Imam al Bayhaqi dalam kitab al Asmaa' wa ash-Shifaat[3] menyebutkan bab-bab berikut:
- (باب ما جاء في إثبات الوجه صفة لا من حيث الصورة ) Bab tentang penetapan Wajh bagi Allah sebagai sifat bukan sebagai bentuk dan gambar.
- (باب ما جاء في إثبات العين صفة لا من حيث الحدقة) Bab tentang penetapan 'Ayn bagi Allah sebagai sifat bukan dari sisi sebagai kelopak mata.
- (باب ما جاء في إثبات اليدين صفتين لا من حيث الجارحة) Bab tentang penetapan Yadayn bagi Allah sebagai sifat bukan sebagai anggota badan.
Jadi meski sama-sama menetapkan Wajh, 'Ayn, Yadayn bagi Allah, Ahlussunnah dan golongan Musyabbihah seperti orang-orang Wahhabi berbeda dalam memahaminya. Ahlussunnah memahaminya sebagai sifat Allah yang tidak menyerupai sifat makhluk-Nya. Wajh bukan muka atau bagian tubuh, 'Ayn bukan mata, kelopak mata dan semacamnya, dan Yadayn bukan kedua tangan yang merupakan anggota badan. Sedangkan orang-orang wahhabi memahami Wajh secara hakiki, 'Ayn secara hakiki, yaitu mata, Yadayn secara hakiki yaitu tangan. Menurut Ahlussunnah sifat-sifat tersebut ketika diyakini sebagai sifat Allah maka tidak bisa diterjemahkan ke bahasa lain. Karena kata Wajh, 'Ayn dan Yadayn dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, dengan diterjemahkan kepada salah satu maknanya akan terjadi distorsi dan ketika itu nampak dipahami sebagai apa. Jika diterjemahkan sebagai wajah atau muka, mata dan tangan berarti telah meyakini keyakinan tasybih; bahwa Allah memiliki anggota badan. Seorang sunni meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut yang bukan bermakna muka, mata atau tangan. Memang mungkin saja diterjemahkan tetapi diterjemahkan maknanya dengan mentakwil Wajh sebagai al Mulk (kekuasaan), 'Ayn sebagai al Hifzh (pemeliharaan), Yad sebagai al 'Inayah (perhatian khusus), atau al Qudrah (kekuasaan) atau al 'Ahd (janji) dan semacamnya.
IV. Syubhah dan Jawabannya
Golongan Musyabbihah mengklaim bahwa madzhab yang mereka ikuti adalah metode para ulama salaf ash-Shalih.
Jawaban: Jelas berbeda antara pendapat mereka dan madzhab mayoritas salaf. Karena sangat berbeda antara al Akhdzu bizh-Zhahir (mengambil zhahir ayat atau hadits sifat) dan Nafyu al kayf 'anillah (menafikan sifat-sifat makhluk dari Allah). Madzhab salaf bukan Itsbatul kayf Lillah (menetapkan al kayf bagi Allah) dengan al Jahl bi dzalikal kayf (tanpa mengetahui kayf tersebut), tetapi tanzihullah 'anil Kayf (mensucikan Allah dari al kayf). Jadi ketika memaknai ayat Istiwa' ulama salaf memahami bahwa al Kayf seperti duduk, bersemayam, berada di atas 'arsy dengan jarak dan semacamnya dinafikan dari Allah. Tetapi golongan Musyabbihah memahami istawa dengan istaqarra; bersemayam dan berada di atas 'arsy, tanpa mengetahui bagaimana bersemayam-nya Allah. Ini jelas merupakan tasybih; menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dengan menyifati Allah dengan sifat makhluk, yaitu bersemayam. Jauh berbeda antara Tanzih dan Tasybih, jelas berbeda antara Itsbatul kayf Lillah dengan tanzihullah 'anil Kayf. Al Imam Malik dan lainnya tidak pernah mengatakan al Kayf Majhul. Hanya ada dua riwayat yang sahih dari para ulama salaf. Pertama: riwayat yang berbunyi:
" الرحمن على العرش استوى كما وصف نفسه ولا يقال كيف وكيف عنه مرفوع وما أراك إلا صاحب بدعة أخرجوه".
"Allah memiliki sifat istiwa' seperti yang Ia sifatkan sendiri untuk Dzat-Nya, tidak boleh dikatakan Bagaimana dan Kayf mustahil bagi-Nya".
Ini diriwayatkan oleh al Hafizh al Bayhaqi dari al Imam Malik dengan sanad yang Jayyid (kuat). Kedua: riwayat dari Ummu Salamah dan Rabi'ah yang berbunyi:
" الاستواء غير مجهول والكيف غير معقول...".
"Istiwa sudah diketahui bahwa Allah disifati dengannya dan al Kayf mustahil bagi-Nya". (Riwayat ini dituturkan oleh al-Laalka-i)
Riwayat Wal Kayf Majhul tidak sahih dari sisi periwayatannya dari Imam Malik dan lainnya.[4] Demikian juga maknanya tidak sesuai, karena redaksi tersebut menetapkan al Kayf bagi Allah, hanya saja kita tidak mengetahuinya. Ini bertentangan dengan madzhab para ulama salaf yang jelas-jelas menafikan Kayf dari Allah dengan mengatakan: بلا كيف ; tanpa berlaku kayf bagi Allah. Al Bayhaqi dalam kitab al I'tiqad meriwayatkan dengan sanadnya dari al Awza'i, Malik, Sufyan dan al-Layts ibn Sa'd bahwa ketika ditanya tentang hadits-hadits mutasyabihat, mereka mengatakan:
"أمروها كما جاءت بلا كيفية".
"Baca saja hadits-hadits tersebut seperti riwayat yang ada dengan tanpa meyakininya sebagai sifat-sifat makhluk". [5]
Wallahu a'lam wa ahkam.
[1] Syekh Zakariyya al Anshari, al Hudud al Aniiqah Wa at-Ta'riifat ad-Daqiiqah (Beirut: Dar al Masyari', 1425-2004), h. 27.
[2] Badruddin Ibnu Jama'ah, I-dlah ad-Dalil fi Qath'i Hujaj Ahl at-Ta'thil (Kairo: Darussalam, 1410 H-1990), h. 107
[3] Al Hafizh al Bayhaqi, al Asma' Wa ash-Shifaat (Kairo: Darul Hadits, 1423 H-2002 ) h.319-340.
[4] Syekh Abdullah al Harari, ad-Dalil al Qawiim 'ala ash-Shirath al Mustaqim (Beirut: tp, 1397 H), h. 36
[5] Ibid., h. 56
Untuk memahami tema ini sebagaimana mestinya, harus diketahui terlebih dahulu bahwa di dalam al Qur'an terdapat ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihat. Allah ta'ala berfirman :
] هُوَ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَـأَمَّا الَّذِيْنَ فِي قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِـغَاءَ الْفِـتْنَةِ وَابْتِـغَاءَ تَأْوِيْلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ ءَامَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوْا اْلأَلْبَابِ [ (ءال عمران : 7)
Maknanya : "Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada Muhammad. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat muhkamat, itulah Umm Al Qur'an (yang dikembalikan dan disesuaikan pemaknaan ayat-ayat al Qur'an dengannya) dan yang lain ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya sesuai dengan hawa nafsunya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya (seperti saat tibanya kiamat) melainkan Allah serta orang-orang yang mendalam ilmunya mengatakan : "kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu berasal dari Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran darinya kecuali orang-orang yang berakal" (Q.S. Al Imran : 7)
I. Definisi Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Al Muhkam: المتضح المعنى ; yang jelas maknanya.
al Mutasyabih: ما ليس بمتضح المعنى; yang tidak jelas maknanya.[1]
Jadi Ayat-ayat Muhkamat : ayat yang dari sisi kebahasaan memiliki satu makna saja dan tidak memungkinkan untuk ditakwil ke makna lain. Atau ayat yang diketahui dengan jelas makna dan maksudnya. Seperti firman Allah :
﴿ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ﴾ (سورة الشورى: ۱۱)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
﴿ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴾ (سورة الإخلاص :4)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak ada satupun yang menyekutui-Nya”. (Q.S. al Ikhlash : 4)
﴿ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا ﴾ (سورة مريم :65)
Maknanya: “Allah tidak ada serupa bagi-Nya”. (Q.S. Maryam : 65)
Ayat-ayat Mutasyabihat : ayat yang belum jelas maknanya. Atau yang memiliki banyak kemungkinan makna dan pemahaman sehingga perlu direnungkan agar diperoleh pemaknaan yang tepat yang sesuai dengan ayat-ayat muhkamat. Seperti firman Allah :
﴿ الرّحْمٰنُ عَلَى العَرْشِ اسْتَوَى ﴾ (سورة طه :5)
Penafsiran terhadap ayat-ayat mutasyabihat harus dikembalikan kepada ayat-ayat muhkamat. Ini jika memang berkait dengan ayat-ayat mutasyabihat yang mungkin diketahui oleh para ulama. Sedangkan mutasyabih (hal yang tidak diketahui oleh kita) yang dimaksud dalam ayat
﴿ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ ﴾ (سورة ءال عمران : 7)
Menurut bacaan waqaf pada lafazh al Jalalah الله adalah seperti saat kiamat tiba, waktu pasti munculnya Dajjal, dan bukan mutasyabih yang seperti ayat tentang istiwa') Q.S. Thaha : 5). Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" اعْمَلُوْا بِمُحْكَمِهِ وَءَامِنُوْا بِمُتَشَابِهِهِ" (حديث ضعيف ضعفا خفيفا)
Maknanya: “Amalkanlah ayat-ayat muhkamat yang ada dalam Al Qur'an dan berimanlah terhadap yang mutasyabihat dalam Al Qur'an". Artinya jangan mengingkari adanya ayat-ayat mutasyabihat ini melainkan percayai adanya dan kembalikan maknanya kepada ayat-ayat yang muhkamat. Hadits ini dla'if dengan kedla'ifan yang ringan.
Az-Zabidi mengatakan menukil dari al Qusyairi : "Bukankah ada pendapat yang mengatakan bahwa bacaan ayat (tentang takwil) tersebut adalah [ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْـلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ ], seakan Allah menyatakan "orang yang mendalam ilmunya juga mengetahui takwilnya serta beriman kepadanya" karena beriman kepada sesuatu itu hanya dapat terwujud setelah mengetahui sesuatu itu, sedang sesuatu yang tidak diketahui tidak akan mungkin seseorang beriman kepadanya. Karenanya, Ibnu Abbas mengatakan : "Saya termasuk orang-orang yang mendalam ilmunya".
II. Metode Memaknai Ayat Mutasyabihat
Ada dua metode untuk memaknai ayat-ayat mutasyabihat yang keduanya sama-sama benar :
Pertama : Metode Salaf. Mereka adalah orng-orang yang hidup pada tiga abad hijriyah pertama. Yakni kebanyakan dari mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara global (takwil ijmali), yaitu dengan mengimaninya serta meyakini bahwa maknanya bukanlah sifat-sifat jism (sesuatu yang memiliki ukuran dan dimensi), tetapi memiliki makna yang layak bagi keagungan dan kemahasucian Allah tanpa menentukan apa makna tersebut. Mereka mengembalikan makna ayat-ayat mutasyabihat tersebut kepada ayat-ayat muhkamat seperti firman Allah :
﴿ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىءٌ ﴾ (سورة الشورى: ۱۱)
Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”. (Q.S. asy-Syura: 11)
Takwil ijmali ini adalah seperti yang dikatakan oleh imam asy-Syafi'i –semoga Allah meridlainya- :
" ءَامَنْتُ بِمَا جَاءَ عَنِ اللهِ عَلَى مُرَادِ اللهِ وَبِمَا جَاءَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ r عَلَى مُرَادِ رَسُوْلِ اللهِ "
"Aku beriman dengan segala yang berasal dari Allah sesuai apa yang dimaksudkan Allah dan beriman dengan segala yang berasal dari Rasulullah r sesuai dengan maksud Rasulullah", yakni bukan sesuai dengan yang terbayangkan oleh prasangka dan benak manusia yang merupakan sifat-sifat benda (makhluk) yang tentunya mustahil bagi Allah.
Selanjutnya, penafian bahwa ulama salaf mentakwil secara terperinci (takwil tafshili) seperti yang diduga oleh sebagian orang tidaklah benar. Terbukti bahwa dalam Shahih al Bukhari, kitab tafsir al Qur'an tertulis :
" سُوْرَةُ الْقَصَصِ ، كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ ، إِلاَّ مُلْكَهُ وَيُقَالَ مَا يُتَقَرَّبُ بِهِ إِلَيْهِ " اهـ.
"Surat al Qashash, كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (Q.S. al Qashash : 88) yakni kecuali kekuasaan dan pengaturan-Nya terhadap makhluk-Nya
atau amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada-Nya". Kekuasaan Allah adalah sifat Allah yang azali (tidak memiliki permulaan) , tidak seperti kekuasaan yang Ia berikan kepada makhluk-Nya. Dalam Shahih al Bukhari juga masih terdapat takwil semacam ini di bagian yang lain seperti dlahik yang terdapat dalam hadits ditakwilkan dengan rahmat-Nya yang khusus (ar-Rahmah al Khashshah).
Terbukti dengan sahih pula bahwa imam Ahmad yang juga termasuk ulama salaf mentakwil firman Allah : [ رَبُّكَ ﴿ وَجَاءَ secara tafshili (terperinci), ia mengatakan : yakni datang kekuasan-Nya (tanda-tanda kekuasaan-Nya) ". Sanad perkataan imam Ahmad ini disahihkan oleh al Hafizh al Bayhaqi, seorang ahli hadits yang menurut al Hafizh Shalahuddin al 'Ala-i : "Setelah al Bayhaqi dan ad-Daraquthni, belum ada ahli hadits yang menyamai kapasitas keduanya atau mendekati kapasitas keduanya ". Komentar al Bayhaqi terhadap sanad tersebut ada dalam kitabnya Manaqib Ahmad. Sedang komentar al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i mengenai al Bayhaqi dan ad-Daraquthni terdapat dalam bukunya al Wasyyu al Mu'lam. Al Hafizh Abu Sa'id al 'Ala-i sendiri menurut al Hafizh Ibnu Hajar : "Dia adalah guru dari para guru kami", beliau hidup pada abad VII Hijriyah.
Banyak di antara para ulama yang menyebutkan dalam karya-karya mereka bahwa imam Ahmad mentakwil secara terperinci (tafshili), di antaranya al Hafizh Abdurrahman ibn al Jawzi yang merupakan salah seorang tokoh besar madzhab Hanbali. Disebut demikian karena beliau banyak mengetahui nash-nash (teks-teks induk) dalam madzhab Hanbali dan keadaan imam Ahmad.
Abu Nashr al Qusyairi juga telah menjelaskan konsekwensi-konsekwensi buruk yang secara logis akan didapat oleh orang yang menolak takwil. Abu Nashr al Qusyairi adalah seorang ulama yang digelari oleh al Hafizh 'Abdurrazzaq ath-Thabsi sebagai imam dari para imam. Ini seperti dikutip oleh al Hafizh Ibnu 'Asakir dalam kitabnya Tabyin Kadzib al Muftari.
Kedua : Metode Khalaf. Mereka mentakwil ayat-ayat mutasyabihat secara terperinci dengan menentukan makna-maknanya sesuai dengan penggunaan kata tersebut dalam bahasa Arab. Seperti halnya ulama Salaf, mereka tidak memahami ayat-ayat tersebut sesuai dengan zhahirnya. Metode ini bisa diambil dan diikuti, terutama ketika dikhawatirkan terjadi goncangan terhadap keyakinan orang awam demi untuk menjaga dan membentengi mereka dari tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Sebagai contoh, firman Allah yang memaki Iblis :
﴿ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ﴾ (سورة ص : 75)
Ayat ini boleh ditafsirkan bahwa yang dimaksud dengan al Yadayn adalah al 'Inayah (perhatian khusus) dan al Hifzh (memelihara dan menjaga).
III. Pemahaman Golongan Musyabbihah terhadap Ayat-ayat Mutasyabihat
Berbeda dengan para ulama salaf dan khalaf yang memakai metode takwil ijmali atau tafshili dalam memaknai ayat Mutasyabihat, golongan Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya) mengambil makna zhahir ayat-ayat Mutasyabihat. Berbeda dengan prinsip yang dipegangi mayoritas ummat bahwa induk al Qur'an adalah ayat-ayat Muhkamat –seperti dijelaskan dalam al Qur'an: " هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ " - sehingga ayat-ayat Muhkamat yang mesti didahulukan untuk diajarkan kepada ummat sebelum ayat Mutasyabihat dan ayat-ayat Mutasyabihat harus dikembalikan pemahamannya kepada induknya; yaitu ayat-ayat Muhkamat, golongan Musyabbihah selalu mendahulukan ayat-ayat Mutasyabihat untuk diajarkan dan seakan mereka menganggap itulah inti dari ajaran Islam. Buku-buku aqidah mereka selalu mengedepankan mengajarkan ayat-ayat Mutasyabihat dan menanmkan paham tasybih pada pengikut mereka, sehingga disadari atau tidak inilah ciri orang yang menyimpang seperti dijelaskan oleh al Qur'an. Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
" إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى الله فاحذروهم " (رواه أحمد والبخاري ومسلم وأبو داود والترمذي وابن ماجه)
Maknanya: “Jika kalian menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat Mutasyabihat al Qur'an, maka mereka inilah yang disebutkan oleh dalam Al Imran : 7, waspadai dan jauhi mereka". (H.R. Ahmad, al Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi dan Ibnu Majah)
Paham tasybih ini sering terungkap ketika golongan ini menafsirkan ayat-ayat al Qur'an atau menerjemahkannya ke bahasa-bahasa lain, seperti al Qur'an dan Terjemahannya cetakan Saudi Arabia yang dipenuhi dengan paham tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Berikut contoh-contoh dari pemahaman tasybih mereka:
Ayat Kursi (Q.S. al Baqarah: 255), pada catatan kaki No.161, h. 63 dikatakan: "…pendapat yang sahih terhadap makna kursi ialah tempat letak telapak kaki-Nya". Perkataan ini jelas paham tasybih. Orang-orang Wahhabi ini meyakini bahwa Allah memiliki anggota badan yaitu kaki dan telapak kaki. Padahal al Imam ath-Thahawi telah menukil ijma' para ulama salaf yang menegaskan:
"تعالـى (يعني الله) عن الحدود والغايات والأركان والأعضاء والأدوات".
"Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya).
Al Imam ath-Thahawi juga mengatakan:
" ومن وصف الله بمعنى من معانـي البشر فقد كفر".
"Barangsiapa menyifati Allah dengan salah satu sifat manusia maka ia telah kafir".
Di antara sifat-sifat manusia adalah bergerak, diam, turun, naik, duduk, bersemayam, memiliki anggota badan, baik yang kecil maupun yang besar dan lain sebagainya. Jadi terjemahan tersebut jelas mengusung paham tasybih dan kekufuran.
Pada halaman 230, 368, 476, 567, 660, 900 mereka mengartikan "استوى على العرش":
dengan bersemayam, padahal bersemayam maknanya adalah duduk, berkediaman atau tinggal, tersimpan, terpatri (di hati), membaringkan. Dan semua makna ini mustahil berlaku bagi Allah karena semuanya adalah sifat makhluk. Tidak boleh diyakini bahwa Allah bersemayam tidak seperti bersemayamnya kita, karena begitu dikatakan Allah bersemayam berarti telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan serupa di berbagai tempat dalam al Qur'an dan Terjemahannya cetakan Saudi Arabia tersebut. Orang yang jeli dan memahami dengan baik aqidah Ahlussunnah akan dengan mudah menemukan paham tasybih tersebut.
Paham tasybih ini juga nampak ketika para pengikut paham ini mengatakan tentang sifat Allah tertentu: بذاته dan kata hakiki.[2] Misalnya Muhammad Shalih ibnu Utsaimin ketika menyebutkan sifat al 'Ayn bagi Allah ia mengatakan:
"ونؤمن بأن لله عينين اثنتين حقيقيتين".
"Dan kami beriman bahwa Allah memiliki dua 'ayn yang hakiki".
Padahal sifat 'Ayn tidak pernah disebutkan dalam al Qur'an dengan lafazh tatsniyah atau dengan tambahan kata hakiki. Itu berarti bahwa ia mamahami 'Ayn tak ubahnya adalah dua mata yang hakiki. Dan jelas 'Ayn yang hakiki adalah kelopak mata dengan seluruh bagiannya. Pernyataan Utsaimin ini terdapat dalam buku yang ia namakan: " عقيدة أهل السنة والجماعة ". Dalam edisi bahasa Indonesia juga bisa dibaca akidah yang sesat ini dalam terjemahan M.Yusuf Harun, M.A. di halaman-halaman berikut: 27, 28, 29, 34. Disebutkan dalam edisi terjemahan ini, h. 34: "(Allah) mempunyai dua mata yang sebenarnya". Pada h. 35 dikatakan: "Bahwa mata Allah adalah dua…".
Padahal Ahlussunnah mengimani 'Ayn sebagai sifat Allah, yang pasti bukan kelopak mata dan seluruh bagian-bagiannya. Al Imam al Bayhaqi dalam kitab al Asmaa' wa ash-Shifaat[3] menyebutkan bab-bab berikut:
- (باب ما جاء في إثبات الوجه صفة لا من حيث الصورة ) Bab tentang penetapan Wajh bagi Allah sebagai sifat bukan sebagai bentuk dan gambar.
- (باب ما جاء في إثبات العين صفة لا من حيث الحدقة) Bab tentang penetapan 'Ayn bagi Allah sebagai sifat bukan dari sisi sebagai kelopak mata.
- (باب ما جاء في إثبات اليدين صفتين لا من حيث الجارحة) Bab tentang penetapan Yadayn bagi Allah sebagai sifat bukan sebagai anggota badan.
Jadi meski sama-sama menetapkan Wajh, 'Ayn, Yadayn bagi Allah, Ahlussunnah dan golongan Musyabbihah seperti orang-orang Wahhabi berbeda dalam memahaminya. Ahlussunnah memahaminya sebagai sifat Allah yang tidak menyerupai sifat makhluk-Nya. Wajh bukan muka atau bagian tubuh, 'Ayn bukan mata, kelopak mata dan semacamnya, dan Yadayn bukan kedua tangan yang merupakan anggota badan. Sedangkan orang-orang wahhabi memahami Wajh secara hakiki, 'Ayn secara hakiki, yaitu mata, Yadayn secara hakiki yaitu tangan. Menurut Ahlussunnah sifat-sifat tersebut ketika diyakini sebagai sifat Allah maka tidak bisa diterjemahkan ke bahasa lain. Karena kata Wajh, 'Ayn dan Yadayn dalam bahasa Arab memiliki beberapa makna, dengan diterjemahkan kepada salah satu maknanya akan terjadi distorsi dan ketika itu nampak dipahami sebagai apa. Jika diterjemahkan sebagai wajah atau muka, mata dan tangan berarti telah meyakini keyakinan tasybih; bahwa Allah memiliki anggota badan. Seorang sunni meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat tersebut yang bukan bermakna muka, mata atau tangan. Memang mungkin saja diterjemahkan tetapi diterjemahkan maknanya dengan mentakwil Wajh sebagai al Mulk (kekuasaan), 'Ayn sebagai al Hifzh (pemeliharaan), Yad sebagai al 'Inayah (perhatian khusus), atau al Qudrah (kekuasaan) atau al 'Ahd (janji) dan semacamnya.
IV. Syubhah dan Jawabannya
Golongan Musyabbihah mengklaim bahwa madzhab yang mereka ikuti adalah metode para ulama salaf ash-Shalih.
Jawaban: Jelas berbeda antara pendapat mereka dan madzhab mayoritas salaf. Karena sangat berbeda antara al Akhdzu bizh-Zhahir (mengambil zhahir ayat atau hadits sifat) dan Nafyu al kayf 'anillah (menafikan sifat-sifat makhluk dari Allah). Madzhab salaf bukan Itsbatul kayf Lillah (menetapkan al kayf bagi Allah) dengan al Jahl bi dzalikal kayf (tanpa mengetahui kayf tersebut), tetapi tanzihullah 'anil Kayf (mensucikan Allah dari al kayf). Jadi ketika memaknai ayat Istiwa' ulama salaf memahami bahwa al Kayf seperti duduk, bersemayam, berada di atas 'arsy dengan jarak dan semacamnya dinafikan dari Allah. Tetapi golongan Musyabbihah memahami istawa dengan istaqarra; bersemayam dan berada di atas 'arsy, tanpa mengetahui bagaimana bersemayam-nya Allah. Ini jelas merupakan tasybih; menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya dengan menyifati Allah dengan sifat makhluk, yaitu bersemayam. Jauh berbeda antara Tanzih dan Tasybih, jelas berbeda antara Itsbatul kayf Lillah dengan tanzihullah 'anil Kayf. Al Imam Malik dan lainnya tidak pernah mengatakan al Kayf Majhul. Hanya ada dua riwayat yang sahih dari para ulama salaf. Pertama: riwayat yang berbunyi:
" الرحمن على العرش استوى كما وصف نفسه ولا يقال كيف وكيف عنه مرفوع وما أراك إلا صاحب بدعة أخرجوه".
"Allah memiliki sifat istiwa' seperti yang Ia sifatkan sendiri untuk Dzat-Nya, tidak boleh dikatakan Bagaimana dan Kayf mustahil bagi-Nya".
Ini diriwayatkan oleh al Hafizh al Bayhaqi dari al Imam Malik dengan sanad yang Jayyid (kuat). Kedua: riwayat dari Ummu Salamah dan Rabi'ah yang berbunyi:
" الاستواء غير مجهول والكيف غير معقول...".
"Istiwa sudah diketahui bahwa Allah disifati dengannya dan al Kayf mustahil bagi-Nya". (Riwayat ini dituturkan oleh al-Laalka-i)
Riwayat Wal Kayf Majhul tidak sahih dari sisi periwayatannya dari Imam Malik dan lainnya.[4] Demikian juga maknanya tidak sesuai, karena redaksi tersebut menetapkan al Kayf bagi Allah, hanya saja kita tidak mengetahuinya. Ini bertentangan dengan madzhab para ulama salaf yang jelas-jelas menafikan Kayf dari Allah dengan mengatakan: بلا كيف ; tanpa berlaku kayf bagi Allah. Al Bayhaqi dalam kitab al I'tiqad meriwayatkan dengan sanadnya dari al Awza'i, Malik, Sufyan dan al-Layts ibn Sa'd bahwa ketika ditanya tentang hadits-hadits mutasyabihat, mereka mengatakan:
"أمروها كما جاءت بلا كيفية".
"Baca saja hadits-hadits tersebut seperti riwayat yang ada dengan tanpa meyakininya sebagai sifat-sifat makhluk". [5]
Wallahu a'lam wa ahkam.
[1] Syekh Zakariyya al Anshari, al Hudud al Aniiqah Wa at-Ta'riifat ad-Daqiiqah (Beirut: Dar al Masyari', 1425-2004), h. 27.
[2] Badruddin Ibnu Jama'ah, I-dlah ad-Dalil fi Qath'i Hujaj Ahl at-Ta'thil (Kairo: Darussalam, 1410 H-1990), h. 107
[3] Al Hafizh al Bayhaqi, al Asma' Wa ash-Shifaat (Kairo: Darul Hadits, 1423 H-2002 ) h.319-340.
[4] Syekh Abdullah al Harari, ad-Dalil al Qawiim 'ala ash-Shirath al Mustaqim (Beirut: tp, 1397 H), h. 36
[5] Ibid., h. 56
Wanita solehah idaman Mujahid
"Indahnya kalammu wanita solehah yang berjuang disisi mujahid soleh....
Seindah-indah perhiasan dunia adalah wanita yang solehah...”
Kumulakan warkah ini dengan bait indah yang ditinggalkan Rasulullah saw kepada seisi alam. Wanita solehah! Idaman semua muslimin di alam maya ini. Alhamdulillah, itulah anjuran Islam yang kita cintai, pilihlah wanita yang mampu menyejukkan pandanganmu dan juga baitul muslim yang bakal dibina tika sampai saat itu, insyaAllah.
”Dinikahi seorang wanita itu kerana empat perkara hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah hal keagamaannya, maka beruntunglah kedua-dua tanganmu..”
Wanita solehah idaman mujahid soleh yang malunya menjadi perisai dirinya, yang zikirnya menjadi penawar dirinya; tak gentar di acah mehnah duniawi kerana dia rindukan wangian syurgawi, dia berpegang pada janji yang terpatri di lubuk hati. Telah dinukilkan panduan sepanjang zaman, itulah lirikan utama buatmu memilih calon isteri. Tiap baris itu telah menjadi hafalanku sejak aku mengenali dunia baligh ini.
Jika harta yang kau idamkan, ketahuilah diriku tidak punya apa-apa harta di dunia ini melainkan ilmu agama yang telah dititipkan buatku oleh mama dan abah. Tiada harta untuk kupersembahkan, hanya ketenangan yang mampu aku sediakan buatmu kerana aku pernah terbaca kata-kata ...
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang.¨ (Rum: 21)
Jika keturunan yang mulia itu yang kau dambakan, ketahuilah jua aku di bawah pengawasan Allah sebagai penjaga mutlak diriku. Aku adalah keturunan mulia, ayahanda Nabi Adam as dan bonda Hawa a.s, sama seperti mu.
”... maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengasihi orang yang bertawakal kepadaNya. Jika Allah menolong kamu maka, tiada seseorangpun yang boleh menghalang kamu, dan jika ia mengecewakan kamu, maka siapakah yang dapat menolong kamu sesudah Allah (menetapkan demikian) ? dan ingatlah kepada Allah jualah hendaknya orang yang beriman itu berserah diri...” (Ali Imran : 159-160)
Kecantikan, itulah pandangan pertama setiap insan. Malah aku meyakini bahawa kau juga tidak terlepas seperti insan yang lain. Ketahuilah, jika kecantikan itu yang kau inginkan daripada diriku, kau telah tersalah langkah. Tiada kecantikan yang tidak terbanding untuk kupertontonkan padamu. Telah aku hijabkan kecantikan diriku ini dengan amalan ketaatan
kepada tuntutan agama yang kucintai. Kau hanya membuang masa jika kau menginginkan kecantikan lahiriah semata-mata. Aku memerlukan engkau untuk bersama-samaku menegakkan dakwah islamiyyah ini, dan aku merelakan diri ini menjadi penolongmu untuk membangunkan sebuah markas dakwah dan tarbiyyah ke arah jihad hambaNya kepada Penciptanya yang agung. Pendirianku...pernikahanku akan ku jadikan medan pencarian ilmu agama sebagai risalah demi meneruskan perjuangan Islam. Aku masih kekurangan ilmu agama, tetapi berbekalkan ilmu agama yang telah dibekalkan ini. Aku ingin menjadi isteri yang sentiasa mendapat keredhaan Allah dan suamiku untuk memudahkan aku membentuk usrah muslim antara aku, suamiku dan anak-anak untuk dibaiahkan dengan ketaatan kepada Allah Yang Maha Esa. Aku bercita-cita bergelar pendamping solehah, seperti mana yang dijanjikan Rasul,
" Semoga Allah memberi rahmat kurnia kepada lelaki yang bangun di tengah malam lalu dia sembahyang dan membangunkan isterinya, maka sekiranya enggan juga bangun untuk bersembahyang, dia merenjiskan air ke mukanya. Semoga Allah memberi rahmat kurnia kepada wanita yang bangun di tengah malam lalu bersembahyang dan membangunkan suaminya. Maka jika dia enggan, dia merenjiskan air kemukanya."
(Riwayat Abu Daud dengan Isnad yang sahih)
Renungilah FirmanNya ini, lalu kau akan tahu hakikat diriku dan dirimu dipertemukan oleh Allah atas namanya pertemuan.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(An Nisaa’ : 1) "
Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan kerana mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka".
(An-Nissa':34)
Membenarkan seperti apa yang telah Dia katakan dalam QalamNya yang mulia. Aku meyakini bahawa engkau adalah pemimpin untukku. Jadikanlah suatu pernikahan itu sebagai asas pembangunan iman dan bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai tunjang nafsu semata-mata. Moga diriku dan dirimu sentiasa didampingi kerahmatan dan keredhaanNya. Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan syura kesabaran, qanaah ketabahan moga kita akan menjadi salah satu daripada jemaah saf menuju ke syurga insyaAllah.
Aku tidak menginginkan hantaran bersusun, mas kahwin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai erti kita dipertemukan oleh Allah atas dasar agama. Cukuplah seandainya, maharku sebuah Qalam Mulia, Al-Quran, dan hadis-hadis Nabawi kerana aku meyakini bahawa Qalam itu mampu memimpin rumahtanggaku dalam meraih keredhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat sementara. Jua tidak ternilai harga maruah diriku untuk dibanding dengan nilai wang ringgit atau nilai duniawi. Selaras jua dengan hadis Nabi. Aku mahu jadi wanita yang punya barokah.
“Seorang wanita yang penuh barakah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik. Sebaliknya, wanita yang celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk akhlaknya”
Bantulah aku dalam menjayakan agama Allah, kerana ia adalah laluan untuk aku menyempurnakan separuh daripada agamaku, insyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapa dan orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada kekayaan duniawi yang kau sediakan.
Tidak lagi wujud keborosan dan kebakhilan kerana semuanya berada di dalam udara Qana'ah (berpuas hati dengan apa yang ada), redha dan yakin bahawa dunia ini bukanlah negara Janatunna'im. Lihatlah rumahtangga Rasulullah s.a.w kadang-kadang berlalu sebulan demi sebulan, pernah dapurnya tidak berasap kerana tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Walaupun demikian susahnya, rumahtangga Rasulullah s.a.w tetap menjadi rumahtangga yang paling bahagia yang tidak ada tolok bandingnya hingga ke hari ini.
.::. Ya Allah, gembirakan kami dengan redhaMu.::.
SUMBER : www.ukhwah.com
Seindah-indah perhiasan dunia adalah wanita yang solehah...”
Kumulakan warkah ini dengan bait indah yang ditinggalkan Rasulullah saw kepada seisi alam. Wanita solehah! Idaman semua muslimin di alam maya ini. Alhamdulillah, itulah anjuran Islam yang kita cintai, pilihlah wanita yang mampu menyejukkan pandanganmu dan juga baitul muslim yang bakal dibina tika sampai saat itu, insyaAllah.
”Dinikahi seorang wanita itu kerana empat perkara hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah hal keagamaannya, maka beruntunglah kedua-dua tanganmu..”
Wanita solehah idaman mujahid soleh yang malunya menjadi perisai dirinya, yang zikirnya menjadi penawar dirinya; tak gentar di acah mehnah duniawi kerana dia rindukan wangian syurgawi, dia berpegang pada janji yang terpatri di lubuk hati. Telah dinukilkan panduan sepanjang zaman, itulah lirikan utama buatmu memilih calon isteri. Tiap baris itu telah menjadi hafalanku sejak aku mengenali dunia baligh ini.
Jika harta yang kau idamkan, ketahuilah diriku tidak punya apa-apa harta di dunia ini melainkan ilmu agama yang telah dititipkan buatku oleh mama dan abah. Tiada harta untuk kupersembahkan, hanya ketenangan yang mampu aku sediakan buatmu kerana aku pernah terbaca kata-kata ...
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang.¨ (Rum: 21)
Jika keturunan yang mulia itu yang kau dambakan, ketahuilah jua aku di bawah pengawasan Allah sebagai penjaga mutlak diriku. Aku adalah keturunan mulia, ayahanda Nabi Adam as dan bonda Hawa a.s, sama seperti mu.
”... maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengasihi orang yang bertawakal kepadaNya. Jika Allah menolong kamu maka, tiada seseorangpun yang boleh menghalang kamu, dan jika ia mengecewakan kamu, maka siapakah yang dapat menolong kamu sesudah Allah (menetapkan demikian) ? dan ingatlah kepada Allah jualah hendaknya orang yang beriman itu berserah diri...” (Ali Imran : 159-160)
Kecantikan, itulah pandangan pertama setiap insan. Malah aku meyakini bahawa kau juga tidak terlepas seperti insan yang lain. Ketahuilah, jika kecantikan itu yang kau inginkan daripada diriku, kau telah tersalah langkah. Tiada kecantikan yang tidak terbanding untuk kupertontonkan padamu. Telah aku hijabkan kecantikan diriku ini dengan amalan ketaatan
kepada tuntutan agama yang kucintai. Kau hanya membuang masa jika kau menginginkan kecantikan lahiriah semata-mata. Aku memerlukan engkau untuk bersama-samaku menegakkan dakwah islamiyyah ini, dan aku merelakan diri ini menjadi penolongmu untuk membangunkan sebuah markas dakwah dan tarbiyyah ke arah jihad hambaNya kepada Penciptanya yang agung. Pendirianku...pernikahanku akan ku jadikan medan pencarian ilmu agama sebagai risalah demi meneruskan perjuangan Islam. Aku masih kekurangan ilmu agama, tetapi berbekalkan ilmu agama yang telah dibekalkan ini. Aku ingin menjadi isteri yang sentiasa mendapat keredhaan Allah dan suamiku untuk memudahkan aku membentuk usrah muslim antara aku, suamiku dan anak-anak untuk dibaiahkan dengan ketaatan kepada Allah Yang Maha Esa. Aku bercita-cita bergelar pendamping solehah, seperti mana yang dijanjikan Rasul,
" Semoga Allah memberi rahmat kurnia kepada lelaki yang bangun di tengah malam lalu dia sembahyang dan membangunkan isterinya, maka sekiranya enggan juga bangun untuk bersembahyang, dia merenjiskan air ke mukanya. Semoga Allah memberi rahmat kurnia kepada wanita yang bangun di tengah malam lalu bersembahyang dan membangunkan suaminya. Maka jika dia enggan, dia merenjiskan air kemukanya."
(Riwayat Abu Daud dengan Isnad yang sahih)
Renungilah FirmanNya ini, lalu kau akan tahu hakikat diriku dan dirimu dipertemukan oleh Allah atas namanya pertemuan.
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(An Nisaa’ : 1) "
Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh kerana Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lelaki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan kerana mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka".
(An-Nissa':34)
Membenarkan seperti apa yang telah Dia katakan dalam QalamNya yang mulia. Aku meyakini bahawa engkau adalah pemimpin untukku. Jadikanlah suatu pernikahan itu sebagai asas pembangunan iman dan bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai tunjang nafsu semata-mata. Moga diriku dan dirimu sentiasa didampingi kerahmatan dan keredhaanNya. Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan syura kesabaran, qanaah ketabahan moga kita akan menjadi salah satu daripada jemaah saf menuju ke syurga insyaAllah.
Aku tidak menginginkan hantaran bersusun, mas kahwin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai erti kita dipertemukan oleh Allah atas dasar agama. Cukuplah seandainya, maharku sebuah Qalam Mulia, Al-Quran, dan hadis-hadis Nabawi kerana aku meyakini bahawa Qalam itu mampu memimpin rumahtanggaku dalam meraih keredhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat sementara. Jua tidak ternilai harga maruah diriku untuk dibanding dengan nilai wang ringgit atau nilai duniawi. Selaras jua dengan hadis Nabi. Aku mahu jadi wanita yang punya barokah.
“Seorang wanita yang penuh barakah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik. Sebaliknya, wanita yang celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk akhlaknya”
Bantulah aku dalam menjayakan agama Allah, kerana ia adalah laluan untuk aku menyempurnakan separuh daripada agamaku, insyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapa dan orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada kekayaan duniawi yang kau sediakan.
Tidak lagi wujud keborosan dan kebakhilan kerana semuanya berada di dalam udara Qana'ah (berpuas hati dengan apa yang ada), redha dan yakin bahawa dunia ini bukanlah negara Janatunna'im. Lihatlah rumahtangga Rasulullah s.a.w kadang-kadang berlalu sebulan demi sebulan, pernah dapurnya tidak berasap kerana tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Walaupun demikian susahnya, rumahtangga Rasulullah s.a.w tetap menjadi rumahtangga yang paling bahagia yang tidak ada tolok bandingnya hingga ke hari ini.
.::. Ya Allah, gembirakan kami dengan redhaMu.::.
SUMBER : www.ukhwah.com
Mau tahu cara menjadi wanita solehah??
Wanita Shalihah Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Mulialah wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan.
Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim). Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran. Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya.
Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah). Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional.
Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain. Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain. Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah.
Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya. Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri. Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia “polos” tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya. Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka.
Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak. Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal. Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak.
Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi. Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah.
Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, “Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya.” Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara.
Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah.
Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa. Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita.
http://ciciku.blogspot.com/2009/03/wanita-shalihah-shalihah-atau-tidaknya.html
Saturday, October 30, 2010
Send flotilla to S’pore!
"The only one common thing in the Palestine, the Arabs and the Malays is that they are all muslims and nothing else ! So stop trying pretending to be the Arabs or from the Middle East and be proud of what you are ! No doubt some of the Umno made half breeds have ancestors from the Middle East but still you are not from there. Even though the Ketuanan Melayu embraced Islam which is only a few hundred years but what was the believe of the Ketunan Melayu before then ? So stop kissing the Arabs’ backside like shenanigan Mahathir does just because he has nothing else to call himself as the only race he can associate himself is his ancestor or better still his grand father was from Kerala in India known as a pariah there. He immigrated to Kedah just trying to get rid of that stigma no matter what he did or where he went to he was still a pariah and consequently his descendants , the shenanigan Mahathir and his descendants are also pariahs !"
Najib Manaukau
Chart above from Wikipedia (Click for clearer resolution)
Courtesy of Hartal MSM
IFJ accuses Hamas over shutdown of journalists’ union office in Gaza
The International Federation of Journalists (IFJ) condemned the action of the Hamas Internal Security department which closed down the office of the Palestinian Journalists’ Syndicate (PJS) in Gaza, accusing them of ‘inexcusable intrusion” in the internal affairs of Palestinian journalists.
Continue reading at IFJ.org http://www.ifj.org/en/articles/ifj-accuses-hamas-over-shutdown-of-journalists-union-office-in-gaza
Hamas to step up executions of collaborators
Oct 27: Hamas authorities in Gaza have begun imposing the death penalty as part of a campaign against Palestinians found guilty of collaborating with Israel.
Two men have been executed in Gaza this year for passing information to Israeli forces. Dozens more are in jail.
But human rights workers say the executions have been carried out in violation of Palestinian law.
Omar Kaware is one of 42 men who share a single prison cell in Gaza’s main jail.
Metal bunks cram the room and the inmates share one toilet and one bathroom between them.
Every one of these men is accused of spying for Israel. And several, including Mr Kaware, have been sentenced to death.
Continue reading at ABC News http://www.abc.net.au/news/stories/2010/10/27/3050084.htm?section=world
Hamas-Fatah divide turns the lights out on Gazans
Oct 28: … for Gaza residents, a deep Palestinian divide – between Hamas and Fatah – not only prevents peace, but literally leaves them in the dark.The streets here hum with hundreds of diesel-powered generators, the only line of defense against a war-damaged electric grid that plunges the territory into 8-hour-long rolling blackouts each day.
The lack of electricity is largely due to a protracted disagreement between Gaza’s Hamas government and the Fatah-dominated Palestinian Authority (PA) in the West Bank over who will pay the territory’s electricity bill, estimated at more than 80 million shekels ($21 million) each month.
Both Hamas and Fatah accuse each other of corruption and of mishandling tax revenue and international aid, all to the detriment of Gaza’s 1.5 million residents.
Continue reading at The Christian Science Monitor http://www.csmonitor.com/World/2010/1028/Hamas-Fatah-divide-turns-the-lights-out-on-Gazans
While Hamas and Fatah are accusing each other of being corrupt and “mishandling” the generous donations, Transparency International in its 2010 perception index ranked the top three least corrupt countries in the world as Singapore, Denmark and New Zealand — all tied for first place. Tied at 4th place are Finland and Sweden. Canada, the Netherlands, Switzerland, Australia and Norway round up the Top 10.
Since Singapore has topped the world, the next time government servants ‘buat lawatan sambil belajar’, they should make Malaysia’s small, southern neighbour the destination of choice for study tours. A lot can be learned from the island republic in the way institutions are run.
In fact, Malaysia’s ‘pegawai-pegawai kerajaan’ should be going there in droves. Rather than book flight tickets for so many, we suggest sending them by flotilla so that the officials ‘yang sibuk berkursus’ can visit Singapore by the boatloads. Read more http://hartalmsm.wordpress.com/
Najib Manaukau
Chart above from Wikipedia (Click for clearer resolution)
Courtesy of Hartal MSM
IFJ accuses Hamas over shutdown of journalists’ union office in Gaza
The International Federation of Journalists (IFJ) condemned the action of the Hamas Internal Security department which closed down the office of the Palestinian Journalists’ Syndicate (PJS) in Gaza, accusing them of ‘inexcusable intrusion” in the internal affairs of Palestinian journalists.
Continue reading at IFJ.org http://www.ifj.org/en/articles/ifj-accuses-hamas-over-shutdown-of-journalists-union-office-in-gaza
Hamas to step up executions of collaborators
Oct 27: Hamas authorities in Gaza have begun imposing the death penalty as part of a campaign against Palestinians found guilty of collaborating with Israel.
Two men have been executed in Gaza this year for passing information to Israeli forces. Dozens more are in jail.
But human rights workers say the executions have been carried out in violation of Palestinian law.
Omar Kaware is one of 42 men who share a single prison cell in Gaza’s main jail.
Metal bunks cram the room and the inmates share one toilet and one bathroom between them.
Every one of these men is accused of spying for Israel. And several, including Mr Kaware, have been sentenced to death.
Continue reading at ABC News http://www.abc.net.au/news/stories/2010/10/27/3050084.htm?section=world
Hamas-Fatah divide turns the lights out on Gazans
Oct 28: … for Gaza residents, a deep Palestinian divide – between Hamas and Fatah – not only prevents peace, but literally leaves them in the dark.The streets here hum with hundreds of diesel-powered generators, the only line of defense against a war-damaged electric grid that plunges the territory into 8-hour-long rolling blackouts each day.
The lack of electricity is largely due to a protracted disagreement between Gaza’s Hamas government and the Fatah-dominated Palestinian Authority (PA) in the West Bank over who will pay the territory’s electricity bill, estimated at more than 80 million shekels ($21 million) each month.
Both Hamas and Fatah accuse each other of corruption and of mishandling tax revenue and international aid, all to the detriment of Gaza’s 1.5 million residents.
Continue reading at The Christian Science Monitor http://www.csmonitor.com/World/2010/1028/Hamas-Fatah-divide-turns-the-lights-out-on-Gazans
While Hamas and Fatah are accusing each other of being corrupt and “mishandling” the generous donations, Transparency International in its 2010 perception index ranked the top three least corrupt countries in the world as Singapore, Denmark and New Zealand — all tied for first place. Tied at 4th place are Finland and Sweden. Canada, the Netherlands, Switzerland, Australia and Norway round up the Top 10.
Since Singapore has topped the world, the next time government servants ‘buat lawatan sambil belajar’, they should make Malaysia’s small, southern neighbour the destination of choice for study tours. A lot can be learned from the island republic in the way institutions are run.
In fact, Malaysia’s ‘pegawai-pegawai kerajaan’ should be going there in droves. Rather than book flight tickets for so many, we suggest sending them by flotilla so that the officials ‘yang sibuk berkursus’ can visit Singapore by the boatloads. Read more http://hartalmsm.wordpress.com/
Stab Me.
At times like this, I wonder why my life is always screwed up by motherfuckers like you. Taking away my everything, and slowly killing me. I cry till I have no more tears left, & yet you do nothing but to watch me fall. I try so hard to put my past aside and pick myself up. & when i was strong again, you had to come into my life, robbing away my everything, & throwing me back into misery. I hate you so much, & yet I don't have the courage to let you go. FUCK MY LOVE. FUCK MY LIFE.
Marseille Rennes streaming OM rennes streaming live en direct
Marseille Rennes streaming live le 30-10-2010 a 21:400 OM rennes streaming live sur le site suivant http://www.tv4foot.com
Kaiserslautern Borussia M'Gladbach streaming live
Kaiserslautern Borussia M'Gladbach streaming live le 31-10-2010 a 13:45 Kaiserslautern vs Borussia M'Gladbach streaming live sur le site suivant http://www.tv4foot.com
Kaiserslautern Borussia M'Gladbach streaming live
Kaiserslautern Borussia M'Gladbach streaming live le 31-10-2010 a 13:45 Kaiserslautern vs Borussia M'Gladbach streaming live sur le site suivant http://www.tv4foot.com
Operasi Lallang II Imminent As Newly Renovated Kamunting Camp Can Hold Thousands of Detainees!!!
By Admin
If there was a common thread in the speeches made by Umno leaders during the just concluded Umno General Assembly, it must have been the hysterical repetition of 'defending Putrajaya' at all 'COSTS'! BN/Umno appears to be on panic mode as public confidence on the Regime is eroding by the day.
PM Najib Razak will certainly call for a snap General Election within the next 6 months as the longer he waits, the more the support for BN/Umno will erode. The only way Najib can Neutralize Pakatan Rakyat and hence keep Putrajaya in the hands of BN/Umno is to do what his father, former PM Tun Razak did by wiping away Opposition gains in the 1969 GE by declaring a State of Emergency and suspend Parliament at the aftermath of the May 13 Tragedy in which the Opposition was blamed. When the dusts was settled, the Opposition saw itself losing power and Alliance / BN was able to get back to the status quo. It appears that PM Najib may just follow what his daddy did in 1969.
All Najib needs to do is to get the clowns from PERKASA to clash with Makkal Sakti Party or MCA so that he can declare Emergency and blame it all on Pakatan Rakyat, Bloggers, Social Activists, the Bar Council, Academicians, Journalists and Religious leaders. The Scribe has been reliably informed that the Kamunting ISA Detention Camp has been massively renovated that it will be able to hold thousands of detainees. So, hold your breath folks, Operasi Lallang II is just round the corner. This is the only way the BN/Umno Regime of Najib Razak will be able to hold on to power. Also read http://harismibrahim.wordpress.com/2009/04/05/isa-vigil-at-kamunting-detention-centre-yesterday/
SODOMY II - Checkmate!
By Pakac Luteb
The charade in court continues.
Anwar Ibrahim's lawyers are denied a very reasonable request, access
to the case notes on which a medical report is based.
But the denial really makes NO difference in the outcome of the case
Antibody testing of Saiful's blood could clearly show if Saiful was
speaking truthfully or lying when he testified that Anwar Ibrahim had
sodomised him multiple times over a period of months, without a
condom.
If Saiful was telling the truth, Saiful's blood would contain
antibodies to Anwar Ibrahim's semen and sperm.
If no such antibodies are found in Saiful's blood, then Saiful was
lying in court.
Please read this:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1194431/pdf/genitmed00043-0011.pdf
It's a study by the National Institutes of Health in the USA.
The study describes what i said about antibodies being produced when
semen and sperm are deposited in the rectum.
I challenge the prosecution and defence to do the antibody testing and
do it properly, no cheating.
Dear AG Gani Patail, the case against Anwar Ibrahimm is sitting on a
bad foundation. A big "hole" is about to "open up" and "swallow" the
case.
I'm confident about the outcome of the antibody testing, if it's done
fairly and correctly, without cheating.
Dear AG, as the winner of a chess game says "checkmate" to the loser,
I say "checkmate, game over" to you.
Drop the case against Anwar Ibrahim, before the "hole" "opens up" and
"swallows" you.
Friday, October 29, 2010
Cruise Ships Never Looked So Clean!
Another collaboration that Carnival Cruise Line has made, this time with Tide! Photo Credit: adsoftheworld.com |
Now that would be awesome to see! The ship replicated in this ad resembles the Holiday Class vessels Carnival Cruise Line used to own and sail. The Holiday Class was composed of: Holiday, Celebration, and Jubilee. Holiday is now Grand Holiday and sails with Spain based cruise line, Iberocruceros--Celebration also sails for Iberocruceros under the new name Grand Celebration. Jubilee headed to the South Pacific and now sails as Pacific Sun for P&O Cruises Australia (she has even been named Australia's favorite cruise ship)!
These ships are veterans on the high seas, but still offer great fun for any cruiser looking for an awesome getaway! I had the pleasure of sailing Celebration back in the day from Jacksonville, Florida before she left the Carnival Cruise Line 'Fun-Ship' fleet (I have to say, I loved me some Cele)! Your ship awaits, and one of these just may be the perfect fit--Bon Voyage!
Thursday, October 28, 2010
Cruise Ships Now Going Green?
Viking Line depiction of the green cruise ship as of October 2010 Photo Credit: Mercator Media 2010 |
This may spark a new generation of cruise ships to begin being built throughout the cruise line industry. Viking Line will be the owner of this vessel that is anticipated to be built by STX in Finland.
The STX yard in France built the Norwegian Epic (Norwegian Cruise Line), and the STX yard in Finland built Oasis and Allure of the Seas (Royal Caribbean International). Click This Link Below for the entire story!
Green Cruise Ship To Be Issued In 2013
Misty –Resurrection Shuffle
Misty –Resurrection Shuffle/ Baby, I Love You –Princess 100 (197? US)
Hear a full version of Resurrection Shuffle
Hear a full version of Baby, I Love You
Lily Allen wanted a fancy dress shop
Singer Lily Allen had plans to open a fancy dress shop before she settled for a vintage store.
The "Not Fair" singer, currently expecting her first child, recently opened a vintage clothing store with sister Sarah Owens, reports contactmusic.com.
"When I got pregnant, I decided to wind down a bit. So Sarah and I thought it would be a good moment to open the shop we'd been thinking of doing for years. Originally, it was going to be a fancy dress shop but because of our passion for vintage clothing, we thought this would work better," said Allen.
She says the decision to open a high-quality vintage store came after she saw many girls dressed like her.
"One of my 'light bulb' moments came when I went to a Christmas party and five people had the same high street dress on as I had. Plus the quality doesn't compare," she said
The "Not Fair" singer, currently expecting her first child, recently opened a vintage clothing store with sister Sarah Owens, reports contactmusic.com.
"When I got pregnant, I decided to wind down a bit. So Sarah and I thought it would be a good moment to open the shop we'd been thinking of doing for years. Originally, it was going to be a fancy dress shop but because of our passion for vintage clothing, we thought this would work better," said Allen.
She says the decision to open a high-quality vintage store came after she saw many girls dressed like her.
"One of my 'light bulb' moments came when I went to a Christmas party and five people had the same high street dress on as I had. Plus the quality doesn't compare," she said
Tags: Lily Allen, Fancy Dress, Shop, Singer, Girls, Christmas, Party
SLimeWire
Lime Wire, the P2P, Gnutella & Torrent Client is under a court-ordered injunction to stop distributing and supporting its file-sharing software. In case you forgot, downloading or sharing copyrighted content without authorization is illegal.
The company says it will comply with a court injunction to turn off “the searching, downloading, uploading, file trading and/or file distribution functionality, and/or all functionality” of its software, which remains one of the most popular methods of finding free–and illegal–music on the Web. The company’s moves won’t affect other open source clients that run on the same Gnutella network, like FrostWire.
Meanwhile, LimeWire’s parent company, Lime Group, is prepping a new music service that it says will be legal, and should be due out in a month.
I've never used Slimewire. It seemed like it was virus infested anyway.
The company says it will comply with a court injunction to turn off “the searching, downloading, uploading, file trading and/or file distribution functionality, and/or all functionality” of its software, which remains one of the most popular methods of finding free–and illegal–music on the Web. The company’s moves won’t affect other open source clients that run on the same Gnutella network, like FrostWire.
Meanwhile, LimeWire’s parent company, Lime Group, is prepping a new music service that it says will be legal, and should be due out in a month.
I've never used Slimewire. It seemed like it was virus infested anyway.
Wednesday, October 27, 2010
Nevermind The Bollocks
On this date in 1977, Never Mind the Bollocks, Here's the Sex Pistols was released in the UK. It is the Sex Pistols only studio album. Fans and critics alike generally regard the album as an extremely important album in the history of rock music. In 2003, Rolling Stone named it the forty-first greatest album of all time on their list of the 500 Greatest Albums of All Time.
The album was released on 27 October 1977 through Virgin Records.
Older versions of most of the album's songs also appeared on a bootleg album called Spunk, which consists of demo recordings the band had made during 1976 and January 1977, and which was released shortly before Never Mind the Bollocks.
Blogload: Never Mind the Bollocks, Here's the Sex Pistols (1977) - lyricalsolace.blogspot.com
Blogload: sEX PiStOLs ; Spunk Demo`s - www.some-product.com
The album was released on 27 October 1977 through Virgin Records.
Older versions of most of the album's songs also appeared on a bootleg album called Spunk, which consists of demo recordings the band had made during 1976 and January 1977, and which was released shortly before Never Mind the Bollocks.
Blogload: Never Mind the Bollocks, Here's the Sex Pistols (1977) - lyricalsolace.blogspot.com
Blogload: sEX PiStOLs ; Spunk Demo`s - www.some-product.com
The Punk Rock Movie
The Punk Rock Movie (this link will stream the entire movie FREE on Google Video)
Tip: Use Firefox, install the Video Download Helper add-in)
Assembled from Super 8 camera footage shot by Don Letts, the disc jockey at The Roxy club during the early days of the UK punk rock movement, principally during the 100 days in 1977 in which punk acts were featured at The Roxy club in London.
Watch it here or follow the link above.
Tip: Use Firefox, install the Video Download Helper add-in)
Assembled from Super 8 camera footage shot by Don Letts, the disc jockey at The Roxy club during the early days of the UK punk rock movement, principally during the 100 days in 1977 in which punk acts were featured at The Roxy club in London.
Watch it here or follow the link above.
Subscribe to:
Posts (Atom)